Senin, September 29, 2008

Gara gara gadis pemijat

Gara gara gadis pemijat


Author Message
sex17
google ruby




Age : 20
Joined : 26 Aug 2007
Posts : 482
Localisation : jakarta

Subject: Gara gara gadis pemijat Wed 29 Aug 2007, 11:42

Namaku Andra, sebut saja Andra **** (edited). Aku kuliah di sebuah PTS di
Bandung sebuah kota metropolis yang gemerlap, yang identik dengan
kehidupan malamnya. Di tengah kuliahku yang padat dan sibuk, aku mempunyai
suatu pengalaman yang tak akan kulupakan pada waktu aku masih semester
satu dan masih berdampak sampai sekarang. Latar belakangku adalah dari
keluarga baik-baik, kami tinggal di sebuah perumahan di kawasan ******
(edited) di Bandung. Sebagai mahasiswa baru aku termasuk aktif mengikuti
kegiatan kemahasiswaan, kebetulan aku menyukai kegiatan outdoor ataupun
alam bebas. Aku memang mewarisi bakat ayahku yang merupakan seorang
pemburu yang handal, hal inilah yang membuat darah petualangku menggelora.



Memasuki pertengahan semester aku mulai kenal dan akrab dengan seorang
cewek, sebut saja namanya Ema. Aku tertarik padanya karena ia orangnya
juga menyukai kegiatan alam bebas, berburu misalnya. Awalnya sih aku agak
heran juga kenapa cewek cantik seperti dia suka "mengokang" senapan yang
notabene berat dan kemudian menguliti binatang hasil buruannya dengan
beringas. Hemmm... kegaranganya bak macan betina inilah yang aku sukai,
aku suka melihat buah dadanya yang menantang dibalut baju pemburu yang
ketat dan kebiasaannya menggigit bibir bawahnya ketika mengokang senapan.
Bibir merah yang seksi itu sering mengundang gairahku. Karena ada
kecocokan, kami akhirnya jadian juga dan resmi pacaran tepatnya pada waktu
akhir semester pertama. Kami berdua termasuk pasangan yang serasi, apa mau
dikata lagi tubuhku yang tinggi tegap dapat mengimbangi parasnya yang
langsing dan padat. Pacaran kami pada awalnya normal-normal saja, yahhh..
sebatas ciuman saja biasa kan? Dan aku melihat bahwa Ema itu orangnya
blak-blakan kok.
_________________








sex17
google ruby




Age : 20
Joined : 26 Aug 2007
Posts : 482
Localisation : jakarta

Subject: Re: Gara gara gadis pemijat Wed 29 Aug 2007, 11:43

Semuanya berubah setelah pengalamanku di sebuah panti pijat. Hari itu
Minggu 12 April 1999 aku masih ingat betul hari itu, aku dan ayahku
berburu di sebuah gunung di daerah Jatiluhur tentu saja setelah berburu
seharian badan terasa capai dan lemah. Malamnya aku memutuskan untuk
mencari sebuah panti pijat di Bandung, dengan mengendarai Land Rover-ku
aku mulai menyusuri kota Bandung. Dan akhirnya tempat itu kutemukan juga,
aku masuk dan langsung menemui seorang gadis di meja depan dan aku
dipersilakan duduk dulu. Tak lama kemudian muncullah seorang gadis yang
berpakaian layaknya baby sitter dengan warna putih ketat dan rok setinggi
lutut. Wuahh... cantik juga dia, dan pasti juga merangsang libidoku.
Dengan ramah ia mempersilakan aku masuk ke ruang pijat, ruangan selebar
4x4 dengan satu ranjang dan sebuah kipas angin menggantung di atasnya.
"Bajunya dibuka dulu ya Bang..." katanya dengan tersenyum manis, "OK
lahh.." sambutku dengan semangat. "Tapi kipasnya jangan dinyalain yah,
dingin nih.." dia pun mengangguk tanda paham akan keinginanku. Kubuka
sweaterku dan aku pun berbaring, aku memang sengaja tidak memakai t-shirt
malam itu. "Celananya sekalian dong Bang," katanya. "Emmm.. Lo yang bukain
deh, males nih.." dia pun tersenyum dan agaknya memahami juga hasratku.
"Ahh.. kamu manja deh," katanya, dengan cekatan tangannya yang mulus dan
lentik itu pun mencopot sabuk di pinggangku kemudian melucuti celanaku.
Wah dia kelihatannya agak nafsu juga melihat tubuhku ketika hanya ber-CD,
terlihat "adik"-ku manis tersembul dengan gagahnya di dalam sarangnya.



"Eh.. ini dicopot sekalian ya? biar enak nanti mijitnya!"

"Wahhh... itu nanti aja deh, nanti malah berdiri lagi," kataku setengah
bercanda.

Lagi-lagi ia menyunggingkan senyum manisnya yang menawan. Kemudian aku
tengkurap, ia mulai memijitku dari punggung atas ke bawah.

"Wah.. pijitanmu enak ya?" pujiku.

"Nanti kamu akan merasakan yang lebih enak lagi," jawabnya.

"Oooh jadi servis plus nih?" tanyaku.

"Mmm... buatmu aku senang melakukannya," pijatannya semakin ke bawah dan
sekarang tangannya sedang menari di pinggangku, wah geli juga nih, dan
kemaluanku pun mulai "bereaksi kimia".

"Eh.. balikkan badan dong!" pintanya.

"Ok.. ok.."

Aku langsung saja berbaring. Tentu saja batanganku yang ereksi berat
terlihat semakin menggunung.

"Wahh.. belum-belum saja sudah ngaceng yaa.." godanya sambil tangannya
memegang kemaluanku dengan jarinya seakan mengukur besarnya.

"Habisnya kamu merangsang sihh.." kataku.

"Nah kalo begitu sekarang waktunya dicopot yah? biar enak itu punyamu, kan
sakit kalau begitu," pintanya.

"OK, copot aja sendiri," aku memang udah nggak tahan lagi, abis udah
ereksi penuh sih.



sex17
google ruby




Age : 20
Joined : 26 Aug 2007
Posts : 482
Localisation : jakarta

Subject: Re: Gara gara gadis pemijat Wed 29 Aug 2007, 11:43

Dengan bersemangat gadis itu memelorotkan CD-ku, tentu saja kemaluanku
yang sudah berdiri tegak dan keras mengacung tepat di mukanya.

"Ck.. ck.. ckk.. besar amat punyamu, berapa kali ini kamu latih tiap
hari," katanya sembari tertawa.

"Ah... emangnya aku suka 'lojon' apa..." jawabku.

Ia menyentuh kepala kemaluanku dengan penuh nafsu, dan mengelusnya. Tentu
saja aku kaget dan keenakan, habis baru pertama kali sih.

"Ahhh.. mau kau apakan adikku?" tanyaku.

"Tenanglah belum waktunya," ia mengelusnya dengan lembut dan merabai juga
kantong zakarku.

"Wah.. hh.. jangan berhenti dulu, aku mau keluar nih," sergahku.

"Haha.. baru digitukan aja udah mau keluar, payah kamu," ledeknya.

"Entar lagi lah, pijitin dulu badanku," kataku.

"OK lah..."

Ia mulai mengambil minyak pijat dan memijat tangan dan dadaku. Wahhh ia
naik dan duduk di perutku. Sialan! belahan dadanya yang putih mulus pun
kelihatan, aku pun terbelalak memandangnya.

"Sialan! montok bener tetekmu," dan tanganku pun mulai gerilya meraba dan
memeganginya, ia pun mengerjap, pijatannya pun otomatis terhenti.



Setelah agak lama aku merabai gunungnya ia pun turun dari perutku, ia
perlahan membuka kancing bajunya sampai turun ke bawah, sambil menatapku
dengan penuh nafsu. Ia sengaja mempermainkan perasaanku dengan agak
perlahan membuka bajunya.

"Cepatlahh.. ke sini, kasihan nih adikku udah menunggu lama..." aku sambil
mengocok sendiri kemaluanku, habis nggak tahan sih.

"Eits... jangan!" ia memegang tanganku.

"Ini bagianku," katanya sambil menuding adikku yang seakan mau meledak.

Tak lama ia kemudian mengambil minyak pijat dan mengoleskan ke kemaluanku.

"Ehmm... ahhh..." aku pun menggelinjang, namun ia tak peduli, malah
tangannya semakin cekatan memainkan kemaluanku.

"Augghh... aku nggak tahan nihhh..."

Kemudian ia mulai menghisapnya seraya tangannya mengelus buah zakarku.

"Aduhhh... arghh.. aku mau keluar nihhh!"

Kemudian kemaluanku berdenyut dengan keras dan akhirnya "Croottt..."
maniku memancar dengan derasnya, ia terus mengocoknya seakan maniku seakan
dihabiskan oleh kocokannya.

"Aahhh..." aku melenguh panjang, badanku semua mengejang. Ia kelihatanya
suka cairanku, ia menjilatinya sampai bersih, aku pun lemas.

"Gimana... enak kan? tapi kamu payah deh baru digituin dikit aja udah
'KO'," godanya.

"Habbiss kamu gitukan sih, siapa tahannn..."

Ia memakluminya dan agaknya tahu kalau aku baru pertama kalinya.

"Tuh kan lemes, punyamu mengkerut lagi," sambil ia memainkan kemaluanku
yang sudah nggak berdaya lagi.

"Entar ya, nanti kukerasin lagi," katanya.

"Hufff... OK lah," kataku pasrah.
_________________








sex17
google ruby




Age : 20
Joined : 26 Aug 2007
Posts : 482
Localisation : jakarta

Subject: Re: Gara gara gadis pemijat Wed 29 Aug 2007, 11:43

Dengan masih menggunakan bra dan CD ia mulai memijatku lagi. Kali ini ia
memijat pahaku dan terkadang ia menjilati kemaluanku yang sudah lemas.

"Ihhh... lucu ya kalau sudah lemes, kecil!" ia mengejekku.

Aku yang merasa di-"KO"-nya diam saja. Sembari ia memijat pahaku, dadanya
yang montok kadang juga menggesek kakiku, wahhh kenyal sekali!

"Kenapa liat-liat, napsu ya ama punyaku?" katanya.

"Wahhh, bisa-bisa adikku terusik lagi nih," jawabku.

Aku sambil mengelus dan mengocok sendiri kemaluanku sembari melihat geliat
gadis itu memijatku.

"Wah dasar tukang coli kamu..." serangnya.

"Biar aja, akan kubuktikan kalo aku mampu bangkit lagi dan meng-'KO'
kamu," kataku dengan semangat.

Benar juga kemaluanku yang tadinya tidur dan lemas lambat laun mulai naik
dan mengeras.

"Tuh.. berdiri lagi," katanya girang.

"Pasti!" kataku.



Aku tidak melewatkan kesempatan itu, segera kuraih tangannya dan aku
segera menindihnya.

"Uhhh.. pelan dikit doong!" katanya.

"Biar aja, habis kamu napsuin sih..." kataku.

Dengan cepat aku melucuti BH dan CD-nya. Sekarang kelihatan semua gunung
kembarnya yang padat berisi dengan puting merahnya serta lubang
kemaluannya yang bagus dan merah. Langsung saja kujilati puncak gunungnya
dengan penuh nafsu, "Emmm.. nikmat, ayo terusin.." desahnya membuatku
berdebar. Kulihat tangannya mulai merabai kemaluannya sendiri sehingga
kelihatan basah sekarang. Tandanya ia mulai bernafsu berat, aku pun
mengambil alih tangannya dan segera menjulurkan lidahku dan kumainkan di
lubang kemaluannya yang lezat. Ia semakin menjadi, desahannya semakin
keras dan geliat tubuhnya bagaikan cacing, "Ahhh... uhhh ayo lah puaskan
aku..." ia pun mulai menggapai batang kemaluanku yang sudah keras, "Ayolah
masukkan!" tanpa basa-basi aku pun menancapkan barangku ke lubang
kemaluannya.

"Slep.. slepp!"

"Arghh... ihhh... ssshhh," ia agak kaget rupanya menerima hujaman pusakaku
yang besar itu.

"Uahhh.. ennakkk..." katanya.



Mulutnya megap-megap kelihatan seperti ikan yang kekurangan air, aku pun
semakin semangat memompanya. Tapi apa yang terjadi karena terlalu
bernafsunya aku tidak bisa mengontrol maniku. "Heggh... hegghh... ahhh,
ehmm... aku mau keluar lagi nihh!" kataku.

"Sshhh... ahhh ah... payah lo, gue tanggung ni... entar donk!"

"Aku sudah tidak tahan lagii..."

Tak lama kemudian batang kemaluanku berdenyut kencang.

"Aaaku keluarrr..." erangku.

"Ehhh... cepat cabut!" sergapnya.

Aku pun mencabut batang kemaluanku dan ia pun segera menghisapnya.

"Ahhh... shhh...!"

"Crot... crottt... crottt" memancar dengan derasnya maniku memenuhi
mulutnya dan berceceran juga di gunung kembarnya yang masih tegang.

"Ugghh..." aku pun langsung tumbang lemas.

"Aduh... gimana sih, aku nanggung nihh... loyo kamu."

Aku sudah tidak bisa berkata lagi, dengan agak sewot ia berdiri.

"Ahhh... kamu menghabiskan cairanku yaaa.. lemes nihh," kataku.

"Udah lahh.. aku pergi," katanya sewot.

"Ya udah sana... thanks ya Sayang..." ia pun berlalu sambil tersenyum.



Pengalaman malam itu seakan telah merubah pandanganku tentang cewek. Aku
berpikir semua cewek adalah penyuka seks dan penyuka akan kemaluan lelaki.
Atas dasar itulah kejadian ini terjadi. Siang itu aku bertemu sama
pacarku.

"Ehhh.. abis ngapain kamu Ndra? kok kelihatanya lemes amat? sakit yah..."
tanyanya.

"Ah nggak kok, kemaren abis berburu sama ayahku," jawabku singkat.

"Ohh.. gitu ya," ia kelihatannya mulai paham.

Memang siang itu mukaku kelihatan kusut, sayu dan acak-acakan. Pokoknya
kelihatan sekali deh kalau orang habis ML jor-joran, tapi kelihatannya
"Yayang"-ku tidak curiga.

"Eh besok hari Rabu kan kita nggak kuliah," katanya.

"Iya memang enggak.." jawabku.

"Kita berenang yuk?" ajaknya.

"Emm... OK jadi!" jawabku mantap.

Yayangku memang hobi berenang sih, jadi ya OK saja deh. Karena hari itu
sudah sore, waktu menunjukkan pukul 04:55, aku segera menggandeng tangan
Ema, "Ayo lah kita pulang, yok kuantar.." dia pun menurut sambil memeluk
tanganku di dadanya.
_________________








sex17
google ruby




Age : 20
Joined : 26 Aug 2007
Posts : 482
Localisation : jakarta

Subject: Re: Gara gara gadis pemijat Wed 29 Aug 2007, 11:44

Malamnya aku tidak bisa tidur, gadis pemijat itu pun masih berputar di
otakku dan tidak mau pergi. Bayangan-bayangan gerakan tangannya yang luwes
serta hisapan kenikmatan yang kurasakan waktu itu tidak bisa dilupakan
begitu saja dari benakku, "Sialan! bikin konak aja luh..." gerutuku. Aku
pun hanya gelisah dan tidak bisa tidur, karena kemaluanku tegang terus.
Aku pun berusaha melupakannya dengan memeluk guling dan berusaha untuk
tidur, tetapi hangat liang kemaluannya mencengkeram kuat pusakaku masih
saja menghantui pikiranku. "Ahhhh...aku nggak tahan nih..." segera kucopot
celana dan CD-ku, kuambil baby oil di meja, aku pun onani ria dengan
nikmatnya, "ahhh..." kugerakkan tanganku seolah menirukan gerakan tangan
gadis itu sambil membayangkan adegan demi adegan kemarin malam itu.
"Huff..." nafasku semakin memburu, gerakan tanganku semakin cepat
dibuatnya. Kurang lebih 5 menit kemudian "Crott!" tumpahlah cairan maniku
membasahi perut dan sprei sekitarku. Aku pun langsung tidur, "Zzz.."



Paginya pukul 07:00 kakak perempuanku masuk ke kamar untuk membangunkanku.
Karena kamarku tidak dikunci, betapa terbelalaknya dia ketika melihat aku
tanpa celana tidur terlentang dan melihat batanganku sudah berdiri dan di
perutku terdapat bekas mani yang mengering.

"Andraaa... apa-apaan kau ini ha!" hardiknya, aku terkejut dan langsung
mengambil selimut untuk menutupi batangan kerasku yang menjulang.

"Eh ... Kakak.. emm..." kataku gugup.

"Kamu ngapain ha...? sudah besar nggak tau malu huh..!"

Au cuek saja, malah aku langsung melepas selimut dan meraih celanaku
sehingga kemaluanku yang tegang tampak lagi oleh kakakku.

"Iiihhh... nggak tau malu, barang gituan dipamerin," ia bergidik.

"Biar aja... yang penting nikmat," jawabku enteng, kakak perempuanku yang
satu ini memang blak-blakan juga sih. Ia menatapnya dengan santai,
kemudian matanya tertuju pada baby oil yang tergeletak di kasurku.

"Sialan... kamu memakai baby oil-ku yah? Dasarrr!"

Ia ngomel-ngomel dan berlalu, aku pun hanya tertawa cekikikan. "Brak!"
terdengar suara pintu dibanting olehnya, "Dasar perempuan! nggak boleh
liat cowok seneng," gerutuku.

Aku pun dengan santainya keluar kamar dan sarapan sebelum mandi, kulihat
kakak perempuanku sedang lihat TV.

"Eh... Kak minta sampoonya dan sabunnya dong!" pintaku.

"Ogah ah... entar kamu buat macam-macam, pokoknya nggak mau," jawabnya
ketus.

"Huhh.. weee!" aku mencibir.



Aku langsung saja mandi dan sarapan. Sekitar pukul 08:00 kustater Land
Rover kesayanganku dan langsung kupacu ke tempat Ema, mungkin ia sudah
menungguku. Benar juga sampai di depan pagar rumahnya ia sudah menungguku
di depan teras rumahnya.

"Haii... kok agak terlambat sih Say?" tanyanya.

"Eh... sori nih trouble dengan kakak perempuan," dalihku.

"OK lah, mari kita berangkat!"

Kami pun langsung tancap menuju tempat tujuan kami yaitu kolam renang di
kawasan Cipanas. Yah, maklum saja itu hari Rabu maka perjalanan kami
lancar karena tidak terjebak macet. Kurang lebih 2 jam perjalanan santai
kami sampai di tempat tersebut.



sex17
google ruby




Age : 20
Joined : 26 Aug 2007
Posts : 482
Localisation : jakarta

Subject: Re: Gara gara gadis pemijat Wed 29 Aug 2007, 11:44

"Eh.. yang sini sajalah, tempatnya enak loh," pintanya.

"Baiklah Sayaang..." kataku.

Kami berdua langsung saja masuk.

"Yang, aku ganti dulu yah... kamu ikut nggak?" ajaknya.

"Yuk, sekalian saja aku juga mau ganti."

Di kolam renang itu paling hanya terdapat segelintir orang yang sedang
berenang, karena tempat itu ramai biasanya pada hari Minggu.

"Emmm... kita ganti baju bersama saja yah? biar asyikk.." katanya.

Aku spontan menganggukkan kepalaku. Di dalam ruang ganti kami pun segera
meletakkan tas kami dan segera melepas baju, Yayangku ganti baju terlebih
dahulu. Ia mencopot dulu kaosnya, Ema memang penyuka kaos ketat dan celana
jins, melihatnya melepas kaosnya aku pun hanya terpaku tak berkedip.

"Kenapa Sayang... ayolah lepas bajumu," katanya sambil tersenyum.

"Habbis... aku suka memandangmu waktu begitu sih," dan dia hanya tertawa
kecil.



Aku pun segera mencopot t-shirtku dan celana panjangku dan cuma CD yang
kutinggalkan. Tanpa ragu-ragu aku pun memelorotkan CD-ku di depan pacarku
karena ingin ganti dengan celana renang, "Wahhh... Yayang ni.." katanya
sedikit terkejut. Rupanya ia agak kaget juga melihat batang kemaluanku
yang setengah ereksi.

"Kok tegang sih Say?" selidiknya manja.

"Habis kamu montok sih.." jawabku seraya memakai celana renang yang super
ketat.

"Wahhh... hemmm," goda pacarku ketika melihat kemaluanku tampak menyembul
besar di balik celana renang itu, dia itu memang asyik orangnya.

"Nahh... aku sudah beres," kataku setelah memakai celana itu.

"Eh.. bantu aku dong!" dia tampaknya kesulitan melepas branya.

"Sini aku lepasin..." kataku.

Kemudian kulepaskan branya. Astaga, sepasang daging montok dan putih
terlihat jelas, hemmm spontan saja batang kemaluanku tegang dibuatnya.

"Ah... sayang, dadamu indah sekali," kataku sambil berbisik di belakang
telinganya.

Langsung saja ia kupeluk dari belakang dan kuciumi telinganya.

"Eeh.. kamu ingin ML di sini yah?" jawabnya sambil memegang tengkukku.



Aku tidak menjawab. Tanganku langsung bergerilya di kedua gunung
kembarnya, kuremas-remas dengan mesra dan kupelintir lembut putingnya yang
masih merah segar, "Ah... Sayang!" desahnya pendek, batang kemaluanku yang
sudah tegak kugesek-gesekkan di pantatnya, wahhh.. nikmat sekali, dia
masih memakai celana sih.

"Aduh... keras sekali, Yayang ngaceng yah..." godanya.

"Dah tau nanya.. hhh," kataku terengah.

Buah dadanya semakin keras saja, rupanya ia mulai terangsang dengan
remasanku dan ciumanku di telinganya.

"Ehhhmm... uhhh," lenguhnya sambil memejamkan mata.

Melihat gelagat tersebut aku menurunkan tanganku ke ritsleting celananya,
kulepas kancingnya dan kupelorotkan ritsletingnya, ia agaknya masih agak
ragu juga, terbukti dengan memegang tanganku berupaya menahan gerakan
tanganku yang semakin nakal di daerah selangkanganya. Tetapi dengan
ciumanku yang membabi buta di daerah tengkuknya dan remasanku yang semakin
mesra, akhirnya tanganku dilepasnya, kelihatannya ia sudah terangsang
berat. Tanpa basa-basi tanganku langsung menelusup ke CD-nya. Wahh...
terasa bulu-bulu halus menumbuhi sekitar liang kemaluannya. Kuraba
klitorisnya, "Aghhh... oouhh.. sayang kamu nakal deh," dengusnya sambil
mengerjap. Ia langsung membalikkan tubuhnya, memelukku erat dan meraih
bibirku, "Cupppp..." wah ia lihai juga melakukan French Kiss. Dengan penuh
nafsu ia melahap bibirku. Cewekku yang satu ini memang binal seperti singa
betina kalau sudah terangsang berat.
_________________








sex17
google ruby




Age : 20
Joined : 26 Aug 2007
Posts : 482
Localisation : jakarta

Subject: Re: Gara gara gadis pemijat Wed 29 Aug 2007, 11:45

Agak lama kami ber-French Kiss ria, perlahan ia mulai menurunkan kepalanya
dan ganti memangsa leherku, "Aahhh... geli sayang," kataku. Rupanya debar
jantungku yang menggelegar tak dirasakan olehnya. ia langsung mendorongku
ke tembok, dan ia pun menciumi dadaku yang bidang dan berbulu tipis itu.
"Wah... dadamu seksi yah..." katanya bernafsu. Menjulurlah lidahnya
menjilati dadaku "Slurrppp..." jilatan yang cepat dan teratur tersebut tak
kuasa menahan adikku kecil yang agak menyembul keluar di balik celana
renangku. Jilatannya semakin lama semakin turun dan akhirnya sampai ke
pusarku. Tangan pacarku kemudian merabai batang kemaluanku yang sudah
keras sekali. Aku pun sangat bernafsu sekali karena mengingatkanku pada
gadis panti pijat yang merabai lembut kemaluanku. "Ahhh.. Sayang..."
desahku tertahan. Dengan cekatan ia memelorotkan celana renangku yang baru
saja kupakai, alhasil batanganku yang keras dan panjang pun mendongak
gagah di depan mukanya.

"Ihh... gila punyamu Sayang..." katanya.

"Ema... hisap dong Sayang!" pintaku.

Ia agak ragu melakukan itu, maklum ia masih virgin sih. Ia belum menuruti
permintaanku, ia hanya mengocok pelan namun gerakan kocokannya pun masih
kaku, sangat berbeda dengan gadis pemijat tempo hari.

"Ssshhh... uahhh..." aku pun mendesah panjang menahan kenikmatanku.

"Sss... sayang hisap dong!"

Aku pun menarik kepalanya dan mendekatkan bibirnya yang mungil ke kepala
kemaluanku, sekali lagi ia agak ragu membuka mulut.

"Aah... nggak mau Say, mana muat di mulutku..." jawabnya ragu.

"Egh... tenang saja sayang, pelan-pelan lah,"



Dia agaknya memahami gejolakku yang tak tertahan. Akhirnya ia memegang
batanganku dan menjulurkan lidahnya yang mungil menjilati kepala
kemaluanku.

"Slurpp... slurpp..." sejuk rasanya.

"Mmhhh... ahh, nah begitu Sayang... ayo teruss... ahh ssshh, buka mulutmu
sayang."

Ia masih saja menjilati kepala dan leher kemaluanku yang mengacung
menantang langit, lama-lama ia pandai juga menyenangkan lelaki, jilatannya
semakin berani dan menjalar ke kantong semarku. "Ih... bau nih sayang..
tadi nggak mandi ya?" katanya menggoda ketika menjilati buah zakarku yang
ditumbuhi bulu-bulu halus, aku memang merawat khusus adikku yang satu ini.
"Ihh.. nggak lah sayang, kan yang penting nikmat," kataku tertahan. Mulut
mungil Ema perlahan membuka, aku pun membimbing batang kemluanku masuk ke
mulutnya. "Mmhh.. eghh..." terdengar suara itu dari mulut Ema ketika
batangku masuk, tampaknya ia menikmatinya. Ia pun mulai menghisapnya
dengan bernafsu.

"Slerpp.. cep.."

"Ahhh... mmmm.. oohhh..." desahku penuh kenikmatan.

"Mmmhh... sayang, nikmatttt sekali..." gumamku tidak jelas.

Setelah agak lama, aku pun menarik kemaluanku dari mulut Ema. Segera
kubopong tubuhnya ke bangku panjang di dalam ruang ganti. Kurebahkan
badannya yang lencir dan montok di sana, dengan keadaan pusakaku yang
masih mengacung, kupelorotkan celana jins Ema dengan penuh nafsu,
"Syuutt..." dan tak lupa CD-nya. Ia pun tampaknya pasrah dan menikmatinya
karena tangannya merabai sendiri puting susunya.



Kemudian tampaklah lubang kemaluannya yang merah dan basah, aku pun segera
mendekatkan kepalaku dan... "Slurp," lidahku kujulurkan ke klitorisnya.

"Hemmm... slurp..."

"Aachhh... uhhh!" desahnya panjang menahan kenikmatan yang dirasakan
tarian lidahku di kemaluannya yang sangat lincah, makanya Ema mati
keenakan dibuatnya.

"Sssh... sshhss..." desisnya bagaikan ular kobra.

"Andraaa... aku nggak tahan lagiii..." ia menggeliat tak karuan.

"Akuuu... nyampai nihhh..."

Jilatanku semakin kupercepat dan kutambah ciuman mesra ke bibir
kemaluannya yang harum, "Cup... cupp," kelihatannya ia hampir mencapai
puncak karena kemaluannya memerah dan banjir.

"Sshh... aahh... oohhh Yaangg... aku keluarrr..." erangnya menahan
kenikmatan yang luar biasa.

Benar juga cairan kemaluannya membanjir menebar bau yang khas. Hemm enak,
aku masih saja menjilatinya dengan penuh nafsu.

"Aduhhh... hhh... Sayang, aku udah nihh..." katanya lemas.

"Ma, aku masih konak nih..." kataku meminta.

Langsung saja tanganku ditariknya dan mendudukkanku di atas perutnya,
batang kemaluanku yang masih tegang menantang belum mendapat jatahnya.
Langsung saja Ema mengambil lotion "Tabir Surya" dan mengolesinya ke
batang kemaluanku dan ke dadanya yang montok, dan ia segera mengapitkan
kedua gunung geulis-nya agar merapat. Ia mengambil lagi lotion itu, dan
mengusapkan ke kemaluanku, "Ahhhh..." aku pun hanya merem-melek. Kemudian
ia menarik batang kemaluanku di antara jepitan gunung kembarnya. Wahh...
nikmat juga rasanya, aku pun memaju-mundurkan pantatku layaknya orang yang
sedang bersetubuh.



sex17
google ruby




Age : 20
Joined : 26 Aug 2007
Posts : 482
Localisation : jakarta

Subject: Re: Gara gara gadis pemijat Wed 29 Aug 2007, 11:45

"Bagaimana rasanya sayang..." tanyanya manja dan memandangku sinis.

"Aahhh... mmmm... ssss nikmat sayang..." ia pun tertawa kecil.

Ia merapatkan lagi gunungnya sehingga rasanya semakin nikmat saja.

"Uuahhh... nikkmattt sayangg...!" erangku.

Ia hanya tersenyum melihat mukaku yang merah dan terengah menahan nikmat.

"Rasain... habis kamu nakal sih..." katanya.

"Tapi lebih... nikmat memekmu sayang."

"Hush..." katanya.

Gerakanku semakin cepat, aku ingin segera mencapai puncak yang nikmat.

"Uuhhh... uhhh... mmm... arghh..." erangku tertahan.

Tak lama aku merasa hampir keluar.

"Sayy... aku hampir nyampe nihh..." desahku.

"Keluarin aja Ndra... pasti nikmatt..."

Tak lama batang kemaluanku berdenyut dan...

"Crottt... crutt..."

"Uuahhh... hemmm... ssshh!" nikmat sekali rasanya.

Spermaku memancar dengan deras dan banyak.

"Ooohh..." gumamku.

Spermaku memancar membasahi leher Ema yang jenjang dan mengena juga
janggut dan bibirnya.

"Ihhh... baunya aneh ya.."



Ia mencoba membersihkan cairan kental itu dengan tangannya, aku pun turun
dari atas tubuhnya. "Aahhh... nikmat Sayang..." tapi dalam hatiku aku
belum puas jika belum menjebol liang kemaluan Ema. Ema pun segera
membersihkan maniku yang belepotan.

"Iihhh... kok kayak gini sih?" tanyanya penuh selidik.

"Itu namanya cairan kenikmatan sayang..." jawabku enteng.

"Ooo..." katanya pura-pura tahu.

"Habis bercinta enaknya berenang yuk?" ajaknya.

"OK," kataku.

Ema pun segera berpakaian renang dan aku juga. Setelah siap kami pun
keluar kamar, wah ternyata di luar sepi sudah tidak ada orang lagi,
padahal masih menunjukkan pukul 2:00 siang. Ternyata lama juga kami
bercinta. "Byurrr..." kami berdua pun mencebur dan berenang, aku yang
sudah terkuras kejantanannya semenjak kemarin malam segera ketepi dan
hanya melihat Ema berenang. Gerakan renangnya yang bagai ikan duyung,
dibalut baju renangnya yang seksi serta kulitnya yang putih mulus,
membangkitkan lagi gairahku. Terbesit di pikiranku untuk bercinta di kolam
renang, kebetulan tidak ada orang dan petugas jaganya jauh.

"Ema sini sayang...!" panggilku.

"OK... ada apa Ndra?"

Ia berenang mendekat ke arahku, aku pun masuk ke air, aku langsung
memeluknya dan mencium bibirnya dengan ganas.

"Kamu membuatku nggak tahan sayang..." kataku.
_________________








sex17
google ruby




Age : 20
Joined : 26 Aug 2007
Posts : 482
Localisation : jakarta

Subject: Re: Gara gara gadis pemijat Wed 29 Aug 2007, 11:45

Untung saja kolam renangnya tidak dalam sehingga bisa enak kami bercinta.
"Ughhh..." desahnya agak terkejut, ia pun membalas ciumanku. Aku tidak
melucuti pakaian renangnya, aku cuma menyibakkan sedikit cawat bawahnya
sehingga liang kemaluannya kelihatan. Uhhh, kelihatan menggairahkan sekali
kemaluannya di dalam air yang jernih itu. Dengan ganas aku menciumi
bibirnya yang basah serta meremas lembut dadanya yang terbalut baju renang
yang tipis itu. Ema kelihatan sangat cantik dan segar dengan badan dan
rambut yang basah terurai.

"Ahhh... sayang... nanti kelihatan orang," katanya khawatir.

"Tenang Sayang... tak ada yang melihat kita begini..." kataku.

"Baiklah... Ndra kubuat kamu 'KO' di kolam," tantangnya.

Ia langsung memelorotkan celana renangku, batang kemaluanku yang sudah
tegang pun menyembul dan kelihatan asyik di dalam air. Ema mengocok
kemaluanku di dalam air. "Mmm..." geli dan sejuk rasanya. Tanpa menunggu
lama lagi aku ingin memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya.

"Ema... kumasukin yah?"

Ema pun tanpa ragu menganggukkan kepala tanda setuju.

"Baik Sayang..."

Kudekap erat tubuhnya agar dekat, ternyata Ema sudah membimbing batang
kemaluanku masuk ke lubang kemaluannya.

"Argghh..." ia menyeringai ketika kepala kemaluanku menyentuh bibir
kemaluannya.

Aku pun segera mengangkat Ema ke pinggir kolam dan kubaringkan dia,
kutekuk lututnya sehingga lubang kemaluannya kelihatan menganga.

"Siap Sayang..."

Aku mulai memasukkan sedikit.

"Uhhhh..." padahal baru kepalanya saja yang masuk.

"Aahhh.. Sayang, punyamu terlalu besarr..."

Aku pun segera menekan lagi dan akhirnya "Blesss..." seluruhnya bisa
masuk.

"Uhhh... ahhh... mmmhhh," erangnya menahan gesekanku.

"Sshhh... ssss, enak kan Sayyy..." kataku terengah.

"Huuff... uhhh... ayoo terus Ssayy... ennnakk..."



Terdengar bunyi yang tak asing lagi, "Crep.. crepp... sslepp..." asyik
kedengarannya, aku semakin giat memompanya. Kemudian aku ingin ganti
posisi, aku suruh Ema menungging.

"Ayolah Sayang... puaskan aku..."

Ia pun menungging dengan seksinya, terlihat lubang kemaluannya merekah,
menarik untuk ditusuk. "Sleppp..." batang kemaluanku kumasukkan.

"Ahhh.. ssss... ahhh..." desahnya penuh kenikmatan.

Nafasnya semakin memburu.

"Huff... ehhh... mmm..." aku terengah.

Kupercepat gerakanku, "Slep... slep.. slep.. slep..."

"Ahhh... Ssayangg... bentar lagi aku nyampe nihh..." kataku terburu.

"Aakuu... jugaa..."

Himpitan liang kemaluan Ema yang kencang dan basah membuat maniku tak
kuasa lagi untuk keluar, dan akhirnya Ema pun mencapai puncaknya.

"Ooohhh... akuu lagi Sayanggg..."

Cairan kemaluannya pun membanjir, hal ini semakin membuatku juga tidak
tahan.

"Aaahhh... aku juga Sayangg!" erangku penuh kenikmatan.

"Cepat cabut... keluarin di luarr...!" sergahnya.

Dengan cepat segera kucabut kemaluanku, Ema pun tanggap ia pun memegangnya
dan mengocoknya dengan cepat.

"Aauuhhh! nikmattt!"

"Crut..." spermaku pun keluar.

"Eerghhh... ahh..." tapi sedikit, maklum terforsir.

"Aahh... kok sedikit Sayanggg..." katanya meledek.

"Eemmhh... ah... habis nih cairanku..."

Aku pun lemah tak berdaya dan ia pun berbaring di pangkuanku. Aku mengelus
rambutnya yang basah, kukecup keningnya, "Cup! I love you Sayang..."



Sejak itulah kami sering melakukannya, baik di mobil maupun pada di sebuah
gubuk di hutan kala kami berburu bersama. Dalam hatiku aku berkata, gadis
pemijatlah yang membuatku jadi begini, membuatku menjadi begini, membuatku
menjadi "bercinta". Yah...!



Gara gara gadis pemijat

Gadis-gadis Kecilku

Gadis-gadis Kecilku








Segera saja kuselesaikan hisapanku di lubang kemaluan Indah. Kurasa dengan lubang kemaluan Indah, aku tidak akan merasa kesulitan, lubang kemaluan Indah kunilai sama dengan punya Anna dan Lia waktu pertama kali dimasuki batang kejantananku. Yang kupikir, kesulitannya adalah lubang vagina Devi, selanjutnya kusuruh Indah untuk bersiap-siap juga.

Kuludahi batang kemaluanku agar licin, lalu kuarahkan perlahan kepala kemaluanku itu ke lubang surganya Devi. Kutekan sedikit, meleset, kuposisikan lagi, tekan lagi, tetap saja meleset, tidak mau masuk. Untunglah Anna dan Lia datang, mereka berdua tanggap dengan kesulitan yang kuhadapi. Lia dengan sigap menepiskan kedua sisi vagina Devi dengan kedua sisi telapak tangannya. Lubang senggama Devi bisa terkuak, kucoba masukkan lagi, ternyata masih meleset juga, Anna yang melihat hal itu tanpa ragu-ragu juga ikut turun membantuku. Anna mengulurkan jari tanggannya, memijat bagian atas dan bawah lubang senggama Devi, sehingga secara elastis lubang kemaluan Devi bisa lebih terkuak sedikit. Aku berkonsentrasi memasukkan kepala kejantananku ke lubang senggama Devi itu.

Kepala kemaluanku dengan sedikit kupaksakan, bisa masuk ke lubang surganya Devi, kutahu Devi merasa kesakitan. Devi hanya meringis dan dari sudut matanya meleleh air matanya. Indah yang dari tadi menunggu giliran lubang senggamanya ditembus batang kejantananku, karena mengetahui bahwa aku mengalami kesulitan, akhirnya ikutan pula membantuku memuaskan Devi. Tanpa malu-malu, Indah menyodorkan puting susunya ke mulut Devi, layaknya ibu kepada bayinya yang minta susu. Devi mengulum puting susu Indah dengan kuat. Indah merasakan kalau puting susunya digigit oleh Devi, Indah diam saja, hanya sedikit menyeringai, menahan sakit tentunya.

Aku menekan terus, sehingga sudah separuh batang kejantananku masuk ke dalam lubang senggama Devi. Kepala kemaluanku bagaikan disetrum dan dihisap oleh suatu tenaga yang luar biasa mengenakan. Kutekan sekuat tenaga, dan "Bluss.."
Masuknya seluruh batang kejantananku ke dalam lubang kemaluan Devi diiringi dengan dua jeritan. Yang pertama adalah jeritan Devi sendiri karena merasa sakit dan enak, matanya sampai meram melek, kadang membelalak. Satunya lagi adalah jeritan Indah, sebab tanpa Devi sadari, Devi telah menggigit keras puting susu Indah yang masih dikulumnya itu.

Anna dan Lia hanya tersenyum-senyum saja, kubiarkan batang kejantananku membenam di dalam lubang senggama Devi. Kurasakan empotan-empotan vagina Devi. Setelah sekian lama aku menikmati, kumundurkan pantatku, ternyata bibir kemaluan Devi ikut tertarik. Bibir kemaluan Devi mengikuti gerakan pantatku, begitu aku mundurkan maka bibir kemaluan Devi akan mencuat ke atas karena ikut tertarik. Sebaliknya, jika kumajukan lagi pantatku, maka bibir kemaluan Devi pun ikut mencuat ke bawah dan terbenam. Sungguh fantastis, aku tidak menyesal merasakan enaknya yang luar biasa.

Kupercepat gerakan maju mundurku, semakin lama aku merasakan lubang senggama Devi membasah dan membanjir. Lorong lubang vagina Devi pun semakin licin, tetapi tetap saja sempit, sampai akhirnya Devi terkuras tenaganya dan tidak bisa mengimbangiku mencapai puncak kenikmatan. Tubuh Devi berkali-kali menegang.
"Oomm.. Devi pipis lagi.. ahh.." desahnya.
Cairan mani putih dan hangat milik Devi merembes deras keluar dari celah-celah lubang kemaluannya yang masih disumpal oleh batang kejantananku.

Devi sudah lelah sekali, aku pun sudah mulai bergetar pertanda puncakku pun sudah dekat, maka kucabut saja batang kemaluanku dari lubang senggama Devi.
Begitu kucabut, terdengar bunyi, "Plopp.." seperti bunyi batang pompa dikeluarkan dari pipanya.
Devi kusuruh istirahat, ternyata Devi suka menyusu juga, karena puting susu Indah ternyata masih dikulumnya. Devi manja tidak mau melepaskan, sampai akhirnya, Anna yang sedang duduk-duduk berkata.
"Eh Vi.. udah dong neteknya, kasihan tuh Indah, kan sekarang gilirannya dia." Anna mengingatkan, "Besok-besok kan masih bisa lagi.." tambah Anna.

"Iya-iya.. aku tahu kok.." Devi akhirnya menyadari, lalu melepaskan puting susu Indah dari mulutnya.
"Vi.. nih kalo mau.. puting susuku juga boleh kamu isepin sepuasnya.." ujar Anna sambil memijat-mijat sendiri puting susunya yang membenjol paling besar sendiri.
Devi mau saja memenuhi ajakan Anna, maka kulihat Devi begitu rakusnya mengulum dan menyedot puting susu Anna. Kadang Devi nakal, menggigit puting susunya Anna, sehingga Anna menjerit kecil dan marah-marah.

Setelah lepas dari Devi, Indah kemudian menempatkan diri dan bersiap-siap. Indah mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, sehingga terkuaklah lubang senggamanya yang sudah cukup basah karena cairan mani yang meleleh dari dinding di lubang vaginanya. Betul juga, aku berusaha tanpa melalui kesulitan, berhasil memasuki lubang senggama Indah, seperti halnya aku pertama kali menerobos lubang kemaluan Lia dan Anna. Kumasukkan batang kejantananku seluruhnya ke dalam lubang kenikmatan Indah. Indah menahan perih, karena keperawanannya baru saja kutembus. Tetapi karena sudah sangat bernafsunya, maka rasa perih itu tidak dirasakannya lagi, yang ada hanyalah rasa enak, geli dan nikmat. Indah meram melek merasakan adanya batang kejantananku di dalam lubang senggamanya.

"Oom Agus, gerakin dong.." Indah memintaku untuk segera memulai.
"Baik Indah, Oom minta Indah imbangi Oom ya..!" Indah tidak menjawab tetapi hanya manggut-manggut.
Kumulai saja gerakan maju mundur pantatku, batang kemaluanku masuk dan keluar dengan leluasanya, pertama dengan perlahan dan kemudian kupercepat. Indah sudah banyak belajar dari melihat langsung permainanku tadi dengan Lia, Anna, maupun dengan Devi. Indah memutar-mutar pantatnya sedemikian rupa. Aku merasa kalau Indah yang pendiam ternyata mempunyai nafsu yang besar. Kurasa Indah akan lebih kuat mengimbangiku.

Betul juga dugaanku Indah memang kuat juga, setelah hampir seperempat jam kuberpacu, Indah masih belun juga mengeluarkan cairan maninya, sedangkan aku sendiri memang masih bisa menahan puncak orgasmeku, disebabkan aku telah minum obat dopping 6 pil sekaligus.
"Ayoo Oomm.. Indah merasa enakk.. terusiinn.." Indah kembali meracau.
Kuteruskan memacu, aku heran, kenapa Indah bisa selama ini, padahal Indah baru pertama kali merasakan nikmatnya senggama.
"Indah.. kamu kok kuat sekali sih..?" tanyaku sambil terus memacu.
"Ini berkat obat Oom lhoo.." jawab Indah bersemangat sambil memutar-mutarkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, sedangkan kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dan sesekali menarik-narik puting susunya yang masih menegang.

Aku kaget juga mendengar pengakuan Indah, sampai aku berhenti melakukan gerakan. Ternyata Indah meminum obatku juga, jelas saja.
"Kok berhenti Oom.. gantian Indah yang di atas ya?" kata Indah lagi.
Aku diam saja, kami berganti posisi. Kalau tadi Indah dalam posisi aku tindih, sekarang Indah yang berada di atas dan menindihku. Indah menaik-turunkan pantatnya, maju mundur, perlahan dan cepat, kadang berposisi seperti menunggang kuda, liar dan binal.

Permainan dalam posisi Indah di atas dan aku di bawah, ternyata menarik perhatian Lia. Dari tadi Lia memang hanya melihat pergulatanku dengan Indah.
"Oom Agus.. masa sih kalah sama Indah.." sindir Lia kepadaku.
"Ngga dong.. tenang saja Lia.." jawabku membela diri.
Kulihat juga Devi rupanya menyudahi kegiatan menyusunya dari puting susu Anna. Mereka bertiga rupanya tertarik menontonku. Kadang berkomentar yang membuatku tersenyum.

"Yacchh.. Oom Agus ngga adil.. Oom Agus curang, sama Indah bisa selama ini, sama Anna kok cepet sekali." Anna memprotes.
"Lho, kan Anna tadi sudah kecapean, maka Oom suruh istirahat, dan cuma Indah sendiri yang belon capek nih.." lanjutku.
Indah sudah berkeringat banyak sekali, aku merasakan ada cairan hangat yang merembes di batang kejantananku. Aku sendiri mulai merasa adanya desakan-desakan dari pangkal kemaluanku.
"Oomm.. Indah udah ngga kuat nahannya nih.. sshh heehh.." kata Indah sepertinya menahan.
Mendengar ini, langsung saja kuganti posisi lagi. Aku kembali di atas dan Indah di bawah, kupercepat gerakanku sampai maksimal.
"Oomm.. Indahh.. aakkhh.. hekkss aahh.." Indah menjerit histeris.
Tubuhnya menegang dan memelukku dengan erat, rupanya Indah telah mencapai puncak nikmatnya, dari dalam lubang senggamanya menyemprot berkali-kali cairan maninya yang hangat menyiram kepala kejantananku yang masih berada di dalam lubang vaginanya.

Lubang kemaluan Indah dibanjiri oleh cairan maninya sendiri, becek sekali vagina Indah. Batang kejantananku sampai terasa licin, sehingga menimbulkan bunyi berdecak. Indah sudah tidak bisa mengimbangiku, padahal aku dalam keadaan hampir sampai, katakanlah menggantung. Kucabut saja batang kemaluanku dari lubang senggama Indah, lalu kutarik Devi yang sedang duduk bengong, kusuruh Devi tidur telentang dengan kaki di kangkangkan. Devi tahu maksudku. Segera saja Devi melakukan apa yang kusuruh. Anna dan Lia langsung riuh berkomentar.
"Yacchh Oom Agus, kok Devi sih yang dipilih.." rungut Anna.
Sedangkan Lia hanya tersenyum kecut sambil berkata, "Ayoo Oomm.. cepetan dong.. habis ini kita makan.. Lia udah buat capek-capek tadi." sambil menyuruhku menyelesaikan finalnya.

Aku seperti terhenyak. Segera saja kumasukkan batang kejantananku ke lubang senggamanya Devi yang masih merah. Beruntung sekali, lubang senggama itu masih basah oleh cairan mani, sehingga hanya dengan kupaksakan sekali saja langsung masuk. Lubang kemaluan Devi yang begitu sempit memijat hebat dan menghisap batang kejantananku. Aku ingin menyelesaikan puncak orgasmeku secepatnya. Makin kupacu gerakanku. Devi yang tadinya sudah dingin dan kurang bernafsu langsung terangsang lagi. Tidak sampai lima menit, aku memeluk erat tubuh kecil Devi dan kumuncratkan cairan maniku di dalam lubang senggama Devi.

"Aaahh.. hiaahh.. Cruutt.. Crott.."
Cairan maniku banyak sekali. Aku langsung lemas seketika. Batang keperkasaanku pun sudah mulai loyo, sungguh pergulatan yang hebat. Aku dikeroyok oleh empat gadis kecil dengan hisapan mulut senggamanya yang luar biasa. Kucabut batang kejantananku dari lubang nikmatnya Devi. Kemudian kuajak Devi dan Indah mandi sekalian denganku. Habis mandi kami makan bersama, lumayan enak makanan buatan Anna dan Lia.

Setelah makan, aku mengevaluasi dan bercakap-cakap dengan gadis-gadis kecil itu. Ternyata Anna, Lia, Indah dan Devi masih bersemangat dan mereka mengajakku melakukannya lagi. Aku terpaksa menolak, kelihatan sekali mereka kecewa. Untuk mengobati rasa kecewa mereka, kuberikan kepada mereka kaset BF tentang lesbian untuk ditonton. Isi ceritanya tentang hubungan badan wanita dengan wanita yang saling memberi rangsangan. Aku hanya mengawasi saja, sampai akhirnya mereka mempraktekkan apa yang baru saja mereka tonton.

Aku dikelilingi oleh gadis-gadis kecil yang haus sex. Besok harinya, kebetulan adalah hari minggu, aku memuaskan gadis-gadis kecil itu dalam berolahraga senggama, sampai aku merasa sangat kelelahan, sehari minggu itu aku bercinta dengan gadis-gadis kecil. Betul-betul enak.

Kejadian ini berlangsung lama. Aku lah yang membatasi diri terhadap mereka, sampai akhirnya mereka mengalami yang namanya masa datang bulan, dan mereka juga mengerti kalau apa yang kusebut olahraga ternyata adalah hubungan sex yang bisa untuk membuat adik bayi, tetapi mereka tidak menyesal. Jadi jika akan melakukan senggama, kutanyakan dulu jadwal mereka. Aku tidak ingin mereka hamil. Anna, Lia, Indah maupun Devi akhirnya mengetahui kapan masing-masing akan mendapatkan jatahnya.

Setelah mereka berempat duduk di bangku SMU kelas 2, bisa dikatakan telah beranjak dewasa dan matang, begitu juga umurku sudah menjadi 36 tahun. Aku sudah menjalin hubungan serius dengan wanita rekan sekerjaku, lalu aku menikahinya dan aku membeli rumah sendiri, tidak lagi kost di tempat Lia. Anna, Lia, Indah dan Devi pun sudah mempunyai pacar, tetapi mereka tidak mau melakukan hubungan senggama dengan pacarnya. Mereka hanya mau berbuat begitu denganku saja.

Karena aku sudah beristri, mereka pun memahami posisiku. Hubunganku dengan mereka tetap terjalin baik. Istriku juga menganggap mereka gadis-gadis yang baik pula, aku pun berterus terang kepada istriku mengenai apa yang sudah kualami bersama gadis-gadis itu. Istriku memakluminya, aku sangat mencintai istriku. Akan tetapi istriku kurang bisa memenuhi kebutuhan seksku yang memang sangat tinggi. Karena istriku mengetahui kekurangannya, lalu istriku yang bijaksana mengijinkan Anna, Lia, Indah, dan Devi untuk tetap bermain seks denganku.

Pernah dalam semalam, aku melayani lima wanita sekaligus, Anna, Lia, Indah, Devi dan istriku sendiri. Dari keempat gadis kecil itu, yang paling sering menemaniku dan istriku bersenggama hanyalah Anna dan Lia. Untuk Anna, disebabkan selain orang tua dan kakak Anna tidak tinggal di kota ini, Anna takut tinggal sendiri di rumah besarnya. Hampir tiap hari Anna menginap di tempatku. Untunglah para tetanggaku mengira kalau Anna adalah keponakan istriku. Sedangkan Lia, masih tetap seperti dahulu, papanya bekerja di ibukota dan mamanya masih bekerja di otomotif, kadang justru tidak pulang, jadi jika begitu, Lia ikut pula menginap di rumahku. Tante Linda masih percaya penuh kepadaku. Walaupun sepertinya mengetahui hubunganku dengan anak gadisnya, aku santai saja.




085664800001 dan 085273300001

acara penggojlokan

acara penggojlokan



Tak menunggu lama segera aku pasang posisi, “Jangan khawatir Silvi, yang penting kenikmatannya kok dan kehangatan kita semua.”kataku sambil membuka resleting celana jeansku dan segeralah batang kejantananku mengacung tegak seolah menantang dinginnya malam berkabut itu. “Gila! Gede amat.” tanpa sadar Nugroho berceletuk dan ditanggapi dingin oleh aku dan Joni.
Blessshhh. Segeralah batang penisku itu menerobos masuk kedalam vagina Silvia. “Achh, sakit mas.” Silvia mulai terbata-bata. Kala itu baru kepala penisku yang bisa masuk. “Kamu masih perawan yah Sil.” aku tersenyum melihat dia menahan rasa sakit namun tak sanggup memberikan perlawanan. Dan dalam selang satu sampai dua menit akhirnya seluruh batang kemaluanku berhasil sukses melesak masuk kedalam liang kewanitaan Silvia.
“Ah, achhh, ahhh.” Silvia mulai mengejang menahan sensasi kenikmatan dan menahan rasa perih di liang senggamanya. Ukuran vaginanya memang lebih kecil dari semua cewek yang pernah kutiduri dan ditambah ukuran penisku yang cukup lumayan itu membuat terasa sangat seret dan sulit saat akan penetrasi.

Seperti yang terjadi pada setiap perguruan tinggi, di universitasku setiap tahunnya terdapat mahasiswa baru dan sudah menjadi tradisi kami bahwa akan ada acara penggojlokan (pemloncoan) sebagai alat untuk para mahasiswa baru agar dapat bersosialisasi dengan mahasiswa lainnya dan untuk pengakraban.
Kebetulan aku menjadi anggota panitia sekaligus koordinator bidang perlengkapan. Acara pemloncoan berlangsung selama 2 minggu, satu minggu berada di lingkungan kampus dan berikutnya selama 4 hari 3 malam berada di luar kampus tepatnya di tempat perkemahan, kami biasa menyebutnya malam pengakraban (makrab).
Makrab kali ini benar-benar menyenangkan karena banyak mahasiswi baru cewek yang cantik-cantik. Maklum karena semua fakultas makrabnya dilebur menjadi satu sehingga fakultas-fakultas dengan mayoritas cewek seperti program sekretaris dan bisnis juga psikologi ikut jadi satu bagian.
Singkatnya aku sudah mengincar setidaknya 5 cewek yang menurutku paling menarik diantara semua mahasiswa baru. Salah satu dari cewek tersebut adalah Leony, angkatan 2003 fakultas sekretary. Wajahnya putih bersih dan kulitnya mulus putih, bahenol abis deh pokoknya. Makrab mengambil tempat di sebuah bumi perkemahan di dekat lereng gunung, dan karena saat itu acara makrab kami sedikit lebih cepat daripada acara-acara serupa milik universitas lain maka saat kami datang ke tempat makrab, tempat itu sangat sepi dan nampaknya hanya kami saja yang menggunakan tempat itu sekalipun kadang tampak beberapa anak pramuka SMP di beberapa spot tertentu tapi jumlahnyapun sedikit.
Bagian utara adalah sebuah gunung dengan hutan yang sangat lebat dan sebelah timur merupakan lereng yang didasarnya terdapat sungai yang hebatnya sungai itu masih bersih, mungkin karena tidak adanya pemukiman penduduk didekat tempat ini. Pemukiman penduduk terdekat kurang lebih satu kilometer selatan dari tempat kami makrab.
Malamnya setelah semua tenda telah berdiri, kami para panitia dan koordinator berkumpul untuk technical meeting dengan ketua koordinator dan setelah itu dilanjutkan dengan makan malam. Karena aku koordinator perlengkapan yang notabene punya banyak anak buah maka pekerjaanku sangatlah santai, aku sering meluangkan waktu untuk berjalan dari satu tenda ke tenda yang lain hanya untuk mengecek siapa tahu ada gadis cantik. Dan benar saja tidak sampai satu jam aku berkeliling, aku sudah bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Amanda, anak psikologi. Kami mengobrol sebentar sambil berbasa basi aku goda-goda dia sedikit. Entah karena aku panitia dan dia junior atau karena hal lain, nampaknya dia enjoy saja aku godain.
Jam 10 malam sudah, saat untuk melakukan pembagian tugas malam, di tiap tenda dipilih seorang ketua regu untuk mengambil tugas yang akan dikerjakan dan harus dikumpulkan pada pagi harinya. Malam itu semua sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Saat itu aku sedang jalan-jalan menyusuri sungai yang juga merupakan tempat kami mengambil air bersih. Samar-samar kudengar langkah beberapa orang mendekat, iseng-iseng aku bersembunyi untuk mengagetkan mereka. Ternyata itu adalah sekelompok anak SMU dan dilihat lebih lanjut sepertinya mereka anak kelas 3 . Sementara itu dari sisi lain sungai dibalik bebatuan muncul 2 orang gadis peserta makrab. Aku mengenal salah satunya, yup dia adalah Leony, salah satu idola angkatan 2003.
Urung niatku untung mengagetkan mereka saat aku melihat ketiga anak SMP tersebut mendekati Leony dan temannya, yang akhir-akhir ini baru kuketahui namanya adalah Ratna. Dengan cepat anak SMU yang bertubuh jangkung segera mendekap Ratna sementara dua yang lain yang berambut cepak dan yang berbadan kurus segera mendekap Leony.
“Apa-apaan ini? Mau apa kalian?” seru Leony keras. “Lepaskan! Kalo nggak gua teriak.” Ratna tak mau kalah meneriaki mereka. Dengan cepat si jangkung membungkam mulut Ratna dengan kain setangan leher pramuka nya sementara Leony ditindih tangan dan kakinya oleh kedua anak yang lain. “Maaf mbak, tapi kita-kita sudah gak tahan. Mbaknya tadi pas mandi bodynya keren banget sih.” kata seorang anak yang berambut cepak. Ternyata mereka sudah lama mengintip Leony dan Ratna mandi. “Ugh….” Ratna berusaha untuk melepaskan diri namun sia-sia karena walaupun si jangkung yang mendekapnya tidaklah gede-gede amat namun dia tetap cowok yang bertenaga lebih dari cewek.
Aku tidak begitu jelas mendengar apa yang mereka bicarakan karena mataku terfokus pada pemandangan luar biasa dimana Ratna dengan liarnya dugumuli oleh si jangkung dan akhirnya lepas juga kausnya dan juga celana pendeknya. Sementara Leony sudah tanggal celana pendeknya. Tak sampai beberapa menit kedua dara cantik ini sudah bugil. Kupikir mereka akan segera memperkosa kedua gadis ini namun pemikiranku benar-benar salah. Sementara si jangkung menindih Ratna dan si cepak menindih Leony, si kurus yang akhirnya kutahu bernama Bambang hanya menduduki kaki Leony dan melakukan mansturbasi sambil meremas-remas bagian tubuh Leony. Hal yang sama dilakukan oleh kedua temannya.
“Sialan! Apa-apaan iani ?”pikirku. Aku segera keluar dari persembunyianku dan membuat semua orang itu kaget. “Hah……ampun mas.” kata si Bambang. Mereka ketakutan karena aku muncul sambil membawa parang terhunus. Parang itu sengaja aku gunakan terus untuk berjaga-jaga dan membabat ilalang dan nampaknya dapat menciutkan nyali ketiga orang bocah ini. “Kak panitia, tolong saya.”isak Ratna. Leony pun ikut menimpali,”Mereka mau memperkosa kita kak, tolong…”rintihnya sambil kedinginan.
“Ampun kak.”pinta si jangkung yang ternyata bernama Rudi. Sesaat aku memandang tubuh kedua gadis ini. Jujur saja nafsuku saat itu sudah diujung ubun-ubun. “Kalian goblok yah?”bentakku kepada ketiga anak SMP itu. “Ngapain ngerjain cewek kalo cuman buat onani? Dasar goblok!”bentakku lagi. Mereka bertiga kaget melihat reaksiku dan Leony dan Ratna lebih kaget lagi.
Aku segera menyingkirkan Bambang dari kaki Leony dan menyuruhnya membantu Rudi memegangi Ratna. “Sana loe! Ini cewek dah lama gua taksir, enak aja lo maen sembarangan.”seruku sambil menduduki paha Leony yang putih mulus itu. “Kak…kakak gimana sih? Kenapa nggak bantuin kita?”isak Leony. “Lah ini juga dah aku bantuin non.”kataku sambil tersenyum.
Segera kusuruh ketiga bocah itu untuk melapas baju mereka semua,”Nanggung kalau cuman onani, ga ada seninya dodol. Mending perkosa sekalian.”seruku pada mereka. “Tapi mas, ntar kalau ketahuan bisa bahaya.”si cepak menjawab takut-takut. “Gua ada kamera digital, kalau dah selesai tinggal jepret aja, dijamin ga bakalan ngadu mereka.”kataku sambil meyeringai. Seolah tak percaya dengan apa yang baru saja kuucapkan, Leony dan Ratna berteriak namun tak lama karena dengan setangan leher pramuka segera kami bungkam mulut kedua dara ini.
“Montok juga kamu Ny.”kataku pelan sambil meremas buah dadanya. Sementara kami semua sudah telanjang bulat segera mulai mengerjai kedua cewek ini. Aku gesek-gesekkan penisku kemulut vagina Leony dan dia tak dapat berkata apa-apa karena mulutnya tersumpal dan hanya dapat bergumam tak jelas. Segera kulesakkan batang kejantananku kedalam liang senggamanya. Sesaat Leony mendongak tersentak dan matanya membelalak menahan rasa sakit. “Gila, gede amat punya mas.”celetuk si cepak yang bernama Bimo itu. “Heh….kalian ngapain diem aja? Tuh ada cewek satu lagi nganggur.”kataku. Dalam hati bangga juga aku dibilang berpenis gede karena aku melihat kemaluan ketiga anak SMP itu jelas jauh dibawahku. Setidaknya hanya separuh milikku panjang dan besarnya. “Oh…enak nih…….kenyal. Aku masukin ya mbak.”kata Bambang kepada Ratna sambil membimbing penisnya kearah vagina Ratna yang bersih dari rambut itu, nampaknya dia rajin mencukurnya. Dan bleshhhh….dalam beberapa hunjaman saja penis milik si Bambang segera masuk semuanya kedalam vagina Ratna.
“Hmmm…..achhh….ohhhh.”racau Bambang sambil menggenjot Ratna. Darah keperawananpun mengalir deras keluar dari liang kewanitaan Ratna seiring dengan pompaan penis Bambang. Kulihat mereka masih canggung saat melakukan persenggamaan dengan gadis.
Kulihat Leony sudah lemas karena sudah kuhajar liang senggamanya selama duapuluh menitan. Darah segar perawan dan cairan-cairan kewanitaannya keluar luber bersama dengan cairan dari penisku. “Memekmu dihajar darimanapun juga nikmat Ny.”kataku. Air mata mulai membasahi pipinya. Kubalik posisinya menjadi doggy style dan semakin kupercepat dorongan penisku masuk ke liang vaginanya yang putih bersih itu. Vagina yang tadinya putih berubah kemerahan karena gesekan dan cipratan darah perawannya tadi. “Clok….clok…clok.”suara benturan penisku dan bibir vaginanya semakin jelas terdengar dan menarik perhatian ketiga anak yang lain. Mereka nampak terpana melihat permainan panasku dengan Leony yang selalu berubah-ubah gaya. Kulihat Bambang sudah tidak kuat menahan dirinya lagi dan sambil memeluk erat Ratna, dia mempercepat sodokannya. “Mbak aku keluar nih.”serunya dan segera dia cabut batang kemaluannya dan disodorkan penis itu keperut Ratna. “Crottt…ctottt!”entah berapa semburan sperma yang keluar dari ujung penis itu menumpahi perut dan pusar Ratna.
Melihat temannya selesai, Rudi segera ambil posisi. Kali ini dia membalik tubuh Ratna, nampaknya dia terinspirasi pada gaya permainan doggy style milikku. Sementara batang kemaluankupun bergetar dahsyat. Segera kupercepat goyangan pinggulku dan kubuka sumpalan mulut Leony dan kucium dia dalam-dalam sambil memperdalam sodokan penisku didalam vaginanya dan selang beberapa detik keluarlah cairan cinta itu memenuhi seluruh ruangan liang senggamanya. “Crott…..croottttt…crottt ….crottt!”keluar dengan sangat banyak, bahkan jauh lebih banyak daripada saat aku berhubungan dengan pacarku.
Selama satu setengah jam kami berempat bergantian mengerjai kedua gadis ini. Ratna aku kerjai dengan posisi berdiri dengan menyandarkan tubuhnya pada batu kali. Kami bercinta didalam air sungai yang mengalir. Ini kali pertamanya aku bercinta didalam air. Benar-benar sensasi yang luar biasa. Rasa dingin diluar namun hangat membara didalam. Sementara aku mengerjai Ratna, Leony diperkosa tiga orang sekaligus. Baik vagina, mulut dan anusnya di masuki penis secara bersamaan dan mereka mengocok disaat bersamaan pula. Benar-benar pemandangan yang sangat hebat batinku. “Tuh, temenmu di entotin tiga bocah langsung.”kataku ke Ratna yang menggigil kedinginan dan terisak-isak.
“Neh…kontol gue. Emut dong!”perintahku kepada Ratna secara paksa. Aku paksa dia mengoral penisku yang menegang dari dalam air. Kontan dia gelagapan dan tersedak. Lalu kubalik tubuhnya dan kuperkosa dia dari belakang. Sepuluh menit kemudian aku merasa akan segera mencapai klimaks. “Aku dah mau keluar nih. Keluarin di muka lo yah.”kataku. Kupercepat goyanganku dan kucabut dengan cepat lalu kuarahkan kewajah Ratna dan muncratlah cairan putih kental itu membanjiri wajahnya yang manis itu. Sementara itu kulihat ketiga bocah SMP itu sudah selesai mengerjai Leony. Tubuh dara cantik itu belepotan sperma dimana-mana. Segera kuambil kamera digital dan aku portet tubuh telanjang mereka. Sebagai pengaman agar mereka tidak lapor kesiapapun mengenai hal ini atau bakal disebarkan semua foto-foto ini.
Begitulah malam pertama makrabku yang indah. Malam itu aku mendapat tubuh 2 dara cantik dari fakultas sekretary. Benar-benar malam yang indah.

Malam kedua makrab diisi dengan acara mencari jejak. Tentu saja tidak serius-serius amat karena ini hanya untuk melatih kekompakan dan meningkatkan rasa persaudaraan saja antar peserta. Rutenya tidak jauh-jauh banget hanya saja banyak jalan memutar sehingga terasa jauh.
Singkatnya aku bertugas sebagai pengawas saja jika-jika ada anggota yang pingsan atau mendapat masalah di jalan. Aku bersama seorang temanku bernama Joni, nama lengkapnya Joni Everrat. Namanya sangat aneh menurutku, tapi maklum orang tuanya yang pria adalah keturunan orang Amerika Latin sehingga menamai anaknyapun tidak mau nama yang normal-normal saja.
Aku dan Joni menggunakan rute kecil yang berada dekat dengan rute makrab. “Dingin nih Di. Bosen gua kalau sepi gini.”kata Joni padaku. “Beh! Kita tugas bro, lo mau ntar dimaki-maki sama si Johan ketua panitia kalau sampai ada yang ilang?”sahutku pelan. “Iye seh, tapi bosen abis neh bro. By the way ntar kalau ada yang nyasar kita kerjain yuk biar seru. Biar tambah nyasar …hahahahaha…”tawanya, syukur lah dalam hatiku berkata akhirnya dia sudah ga menggerutu lagi bosan aku mendengarnya.
Sekitar satu jam setelah kami nongkrong di tempat persembunyian, ada suara beberapa anak mendekat. Ada 6 orang anak disitu, setelah habis makrab aku baru tahu nama mereka adalah: Antony, Silvia, Rasti, Iman, Nugroho dan Ashanti. “Gie!”panggil Antony kepada Nugroho yang panggilannya Nugie. “Apaan?”sahut Nugie. “Gila neh. Lo yakin ini bener jalannya?”sahut Antony lagi. Nugie menyahut,”Lah, mana gua tahu. Gua khan bukan panitia. Lagian semua tandanya bikin kepala gua puyeng nih. Mana didepan ada perempatan pula. ****** nih panitia-panitia, ngerjain kita semua nih.”umpatnya berkepanjangan.
Silvia menengahi, “Sudah-sudah! Ga ada gunanya kalian semua nih cowok-cowok. Gini aja, kita bagi regu menjadi 3. Trus kita lihat jalan didepan buntu atau kagak, kalau sudah yakin dengan jalan didepan baru kita balik ke perempatan ini lagi. Gimana?”
Iman yang dari tadi diam menjawab, “Masuk akal nih, gua setuju.” “Lah, ntar yang cewek-cewek gimana dong? Aku ogah jalan sendirian ma cewek, ntar kalau kenapa-kenapa bisa gawat.”kata Rasti. Silvia menyahut, “OK! Tiap regu terdiri dari satu cewek dan satu cowok.” Lalu merekapun berpencar. Anthony bersama dengan Ashanti, Silvia bersama Nugie, Iman bersama Rasti.
Dilihat dari arah yang mereka tuju, sudah jelas bagi aku dan Joni bahwa arah yang dituju Nugroho dan Silvia adalah jalan menuju kepuncak gunung. Jelas mereka tak akan sampai di tempat perkemahan sebelum sadar dan itu bakalan lama karena lingkungan jalannya benar-benar menipu mata para pendaki pemula. Sementara itu Antony dan Ashanti menempuh jalan yang nantinya akan buntu karena dibatasi sungai, yang jalannya hanya bisa dilalui oleh orang-orang yang bisa berenang saja dan aku yakin Ashanti tak akan pernah mau. Hanya Iman dan Rasti yang berhasil memilih jalan.
“Bro! Lo denger gak tadi mereka ngomong apa?”kata Joni. “Emang napa seh?”sahutku. “Belagu tuh anak-anak kemaren sore.”serunya dan kulihat dia benar-benar jengkel dengan ucapan si Nugie. Aku tersenyum padanya, “Lah terus mau ngapain lagi? Kita khan panitia, masak mau marahin mereka. Ga pada tempatnya.”sahutku lagi.
Joni lalu mengikuti Anthony dan Ashanti pergi. “Hoi, mau kemana loe?”tanyaku pada Joni. “Udah ikut aja bro. Gua pengin tahu ngapain mereka pilih jalan buntu ini, jelas-jelas arahnya melenceng keluar dari arah perkemahan.”ujarnya. benar juga batinku, ngapain mereka mau pilih jalan itu.
Tak lama kemudian aku dan Joni sudah mencapai jalan buntu yang dilewati sungai itu. Alirannya tidak deras-deras banget tapi kedalamnya hampir satu setengah meter, mau tak mau buat orang jeri juga bagi mereka yang tidak bisa berenang.
“Ssssttt! Tuh denger!” Joni berbisik sambil membuat tanda diam dimulutnya. Dan benar saja aku melihat Anthony dan Ashanti sedang bercumbu di atas sebuah batu kali yang lebar dan lempeng. “Pas bener nyari tempatnya? Gua berani tebak, mereka pasti sudah melihat kalau ada tempat asik disini pas waktu santai tadi siang. Gila tuh cewek, pahanya mulus coi, toketnya juga gede putih dan mulus.”kata Joni sambil menelan ludahnya. “Bah! Sialan, malam-malam gini malah bermesum ria.”gerutuku. “Kerjain yuk?”kata Joni sambil senyum-senyum. “Ntar! Kita liat dulu aja mereka mau ngapain.” sahutku.
“Sssshhh …achhh……sshhh….achhhhh!!! Ton, kalau temen-temen liat gimana?”Ashanti mencoba bicara ditengah gelora nafsunya. Anthony sambil terus menciumi lehernya dan meremas buah dada gadis cantik itu hanya tersenyum dan mempreteli seluruh pakaian gadis itu dan pakaiannya sendiri. Hanya dalam beberapa detik mereka sudah bugil dan permainan bertambah panas karena Anthony dengan batang kemaluan yang sudah membesar itu segera melakukan penetrasi ke liang vagina Ashanti.
“Say, aku masukin yah.”kata Anthony pada gadis itu yang ternyata merupakan kekasihnya sejak di SMU kelas 3. “Iya deh honey. Kita main cepetan yah, takut kalau ada yang tahu.”ucap Ashanti disela-sela desahan kenikmatannya.
“Achhh……terus…..te….te….rus….sayang….honey….ochhhh h!”racau Ashanti saat penis Anthony menerobos liang senggamanya dan mulai digoyangkan pinggulnya naik turun. Laksana lokomotif, dia menggenjot tubuh kekasihnya itu diatas batu kali. “Ahhh…..ohhh……ahhhhh….”racau Ashanti semakin menjadi-jadi saat kekasihnya semakin liar menyodokkan penisnya kedalam vaginanya. “Enak yah say?”canda Anthony ditengah-tengah goyangannya yang semakin cepat. “Achhhh……..ahhhhhhhhhhhhhhh!!!”racauan Ashanti berubah menjadi sebuah suara yang cukup keras. Nampaknya dia sudah mencapai orgasmenya yang pertama. Sementara itu Anthoni hanya senyum-senyum saja, dilanjutkannya penetrasinya dengan sodokan-sodokan yang mulai melemah lalu medadak menjadi liar kembali. Penis berukuran kurang lebih 13-15 sentimeter itu benar-benar membuat lubang vagina Ashanti yang putih bersih itu menjadi kemerah merahan karena efek gesekan yang sangat cepat. “Clap, clap, clap, clap.”bunyi saat penis milik Anthony menjarah liang kewanitaan Ashanti kekasihnya itu. Tak lama kemudian baru dia mencabut batang kejantanannya dan mengocoknya diatas perut kekasihnya dan, “Crottt, crot, crottt!” keluarlah semua spermanya dan membasahi perut gadis putih itu bahkan pusarnyapun tertutup cairan mani yang putih kental itu.
“Say, kamu bener-bener lihai bercinta sekarang.” kata Anthony sambil mengecup bibir gadisnya. Ashanti yang lemas hanya dapat tersenyum.
“Srakkkk….”suara semak-semak terinjak oleh Joni yang keluar dari persembunyian. Sepasang burung madu itupun kaget dan mencoba menutupi tubuh mereka dengan pakaian, tapi apa daya karena Joni sudah merengut pakaian mereka yang berjatuhan di bebatuan dan melemparkannya kesungai kecuali pakaian dalam sang cewek dan beberapa barang seperti dompet dan handphone. Hilang sudah semua pakaian mereka berdua.
“Mau apa lo?”bentak Anthony lantang menutupi kagetnya dan juga perasaan takut. “Bah! Bocah kemaren sore belagu. Mau cari mati lo hah? Malam-malam makrab malah dibuat *******.”seru Joni lebih lantang. “Ton…”Ashanti bersembunyi dibalik tubuh kekasihnya guna menutupi tubuhnya yang telanjang bulat dan dia terisak-isak.
Akupun keluar dari semak-semak, “Heh kalian! Apa kalian gak tau aturan disini?”seruku pada sepasang kekasih itu. “Disini kalau mau bersenang-senang kagak boleh sendirian.”tambahku.
Anthony menjauh dan berusaha untuk mecari alat buat menutupi tubuhnya. “Mau apa kalian?”serunya kali ini tidak selantang yang tadi. Aku tersenyum sambil melihat body Ashanti yang telanjang itu, “Gua cuman mau cewek lo aja buat malam ini.”tandasku padanya. “Hah! Apaaaa?” Anthony kaget namun aku yakin dia sudah memikirkan kemungkinan itu sebelumnya. “Kalau kagak mau juga ga apa apa seh. Cuman cewek lo bakalan jadi bulan-bulanan disini karena dia bakalan pulang telanjang bulat karena celana dalam dan bra nya bakalan kami buang kesungai.”seruku.
Anthony berusaha menyerang Joni dengan harapan dapat merebut barang kekasihnya namun aku juga sigap dengan segera aku memukul tengkuk pria itu hingga dia pingsan. Lalu kami mengikat Anthony di sebuah pohon besar agak jauh dari tempat kami bertemu mereka sambil membawa paksa Ashanti yang bugil dan kedinginan.
“Nah. Kalau disini ntar kalau temen-temen lo pada balik nyariin gak bakalan ada yang nemuin lo.”kataku pada Ashanti “Lo kalau kedinginan ngapain pakai acara ******* malem-malem dihutan?”lanjutku sambil mencium paksa bibirnya. Luar biasa lembut, gadis cantik ini benar-benar membuatku terpesona. “Ampun kak. Saya minta pakaian dalamnya lagi, saya nggak akan bilang siapa-siapa soal ini asal saya dilepasin kak.”katanya padaku sambil berlinangan air mata. “Beh! Emang lo masih perawan apa? Anggap aja ngelayanin kami sama aja ngelayanin cowok lo.”seru Joni sambil mempreteli bajunya. Menurut undian aku lebih dulu yang dapat jatah.
Segera setelah aku melepaskan bajuku, aku segera menindih cewek bahenol ini dan mulai melakukan penetrasi. Sambil kuciumi payudara dan leher juga bibirnya aku berkata,” Gua jamin, pelayanan gua lebih memuaskan daripada cowokmu itu.”
“Jangan kak. Ampun! Kak janga…..an…..achhhhhh….achhhhhhhhh !!!” ucapannya berubah menjadi rintihan saat penisku menerobos liang kemaluannya. Tak butuh waktu lama hingga seluruh penisku yang panjangnya 18 senti itu masuk semua kedalam vagina Ashanti. “Sekarang enak khan? Penis gua lebih gedean khan dari punya cowok lo?” kataku pelan sambil memulai sodokan-sodokan penisku kearah dalam vaginanya.
“Ach, ohhh, achhh, ochhh, jangan kak! Ahhhh…ohhh” Ashanti mulai tak terkendali, nampaknya walaupun dia ingin menolak tetapi dia tetap merasakan kenikmatannya. Tak sampai sepuluh menit dia mencapai orgasme keduanya malam ini. “Achhhh, kak…ahhhh!” serunya diiringi tubuhnya yang mengejang kuat dan tanpa sadar tangannya menekan bahuku. “Heheh! Ternyata menikmati juga yah?” ejek Joni pada Ashanti.
Lalu kupercepat gerakan sodokanku, kali ini kurubah gaya menjadi woman on top sehingga dia bisa bergoyang lebih bebas dan dengan gaya ini dia orgasme untuk ketiga kalinya. Cairan cinta dari vaginanya bercampur dengan cairan pelumas yang keluar dari batang kejantananku menimbulkan bunyi-bunyian yang berkesan becek saat kedua kelamin kami berbenturan.
Kemudian kuakhiri petualanganku malam ini dengan doggy style dimana di kuposisikan menghadap kekasihnya yang masih pingsan dan kusuruh dia mendesah seliar mungkin. Tak lama kemudian aku merasakan spermaku akan keluar. “Say, aku keluarin didalam yah.”kataku padanya namun tak ada jawaban. “Crot, crot, crot, crottt!” spermaku menyemprot liang vaginanya setidaknya 4 sampai 5 kali.
Selang 2 menitan Ashanti langsung disuruh jongkok oleh Joni dan dimembersihkan vagina cewek itu dengan air sungai. “Bah! Tercemar sudah.” serunya sambil terkekeh. Lalu tanpa aba-aba lagi dia langsung menyodokkan penisnya kedalam vagina Ashanti yang sudah lemas itu dengan posisi doggy style.
“Ach, ach, ohhh!” Ashanti kembali meracau tidak karuan. Saat itu kekasihnya bangun dari pingsan dan melihat betapa liarnya Joni menggenjot kekasihnya. “Nih liat! Cewekmu aduhai bener bodynya, goyangannya juga mantap.” kata Joni pada Anthony sambil memperliar sodokannya sehingga kadang membuat Ashanti mengaduh kesakitan. “Ahhh, yes, ohhh….yessss!” kali ini giliran Joni yang meracau tak karuan. Aku segera ambil posisi, “Kalau kamu mau pakaian dalam kamu balik, kamu harus mengoral penis gua dulu. Nih!” kataku sambil menyodorkan batang kejantananku yang mengeras lagi kedepan bibir mungilnya yang menurutku sangat seksi.
Dia lalu membuka bibirnya perlahan dan mulai memasukkan penisku kedalam mulutnya. “Ahhh, gitu dong dari tadi.” seruku sambil memaju mundurkan pinggangku mengerjai mulut Ashanti gadis manis ini. Tak lama kemudian Joni mempercepat goyangannya dan langsung meremas buah dada Ashanti dengan keras hingga gadis ini mengaduh keras. “Ahhh…gua keluar nih. Memek lo emang legit abis Shan, kalau jadi lonte dah bakalan laris lo.” Joni berkata sambil melakukan sodokan pamungkasnya yang mendalam dan keluarlah seluruh cairan haram itu didalam vagina Ashanti. Gadis ini hanya bisa menutup mata namun tak lama dia terpaksa harus membuka matanya karena aku berejakulasi saat penisku dioral mulutnya. Dia mencoba melepaskan penisku namun gagal dan akhirnya harus menerima sebagian besar maniku keluar dimulutnya.
Setelah puas, aku dan Joni berpakaian dan memberikan pakaian dalam Ashanti tapi sebelumnya aku kembali menggunakan kamera digitalku untuk memotret mereka berdua dalam kondisi telanjang bulat. “Kalau lo pada buka mulut, foto-foto ini bakalan gua kirimin kesemua relasi kalian and tentu saja keseluruh kampus dan keluarga kalian. Ngerti!” bentakku. “Udah! Ayo pergi! Dah puas gua ngentotin tuh anak baru.” kata Joni sambil ngeloyor pergi. Sebelum aku pergi aku berbisik pada Ashanti, “Lain kali kalau kamu butuh kepuasan, cari saja aku. OK?” bisikku.
Kejadian itu merupakan kejadian yang sangat berkesan, karena aku bisa memperoleh tubuh cewek angkatan baru ketigaku. Lalu aku dan Joni segera pergi kearah Silvia dan Nugie pergi. Ceritanya cukup seru juga.

Setelah menempuh setidaknya satu jam perjalanan, aku dan Joni memutuskan untuk berhenti mencari Silvia dan Nugie. Tapi benar-benar takdir, aku dan Joni mendengar ada suara ribut-ribut didekat kami dan kamipun mencari arah suara tersebut. “Hmmm, tuh mereka berdua. Malah perang sendiri.” kata Joni padaku.
“Anak baru emang ga berguna semua, nyari jalan saja pakai berantem.” ucapku. Kami berdua lalu mendekati kedua anak itu. Mereka kaget tapi lega dan senang melihat ada panitia didekat mereka. “Untung ada kakak panitia.” kata Nugie pada Silvia. Silvia ini tidak begitu cantik paras wajahnya, namun dia sangat modis cara berpakaiannya dan body nya itu yang aduhai, jauh lebih seksi daripada Ashanti yang padahal menurutku sudah cukup seksi.
Kami berencara untuk turun gunung namun ternyata jalan yang kami lalui tadi tertutup kabut. “Bener-bener deh! Tadi waktu diatas ga ada kabutnya kok dibawah sekarang ada.” gerutu Joni lagi. “Aneh juga, baru kali ini ada yang beginian. Kalian juga sih pake acara naik gunung, dah tahu perkemahannya di kaki gunung.” kataku kesal. Seolah mengakui kesalahan mereka, kedua bocah itu diam. Akhirnya kami berempat harus menunggu sampai kabut hilang karena jalan yang dilalui ada beberapa bagian yang curam dan jarak pandang hanya 2 meter didepan.
“Dah! Kita diam disini dulu saja sampai kabut ilang.” kataku sambil duduk disebuah potongan ranting kayu yang besar yang nampaknya jatuh dari sebuah pohon. Joni terdiam lalu angkat bicara, “Jangan! Gue kayaknya masih inget ada tempat persinggahan disini, pos buat para pendaki.” Kami lalu mencari pos tersebut dan ternyata Joni benar dan letaknya tidak jauh dari tempat kami berdiri tadi.
Pos berukuran 5×5 meter yang sederhana sekali, hanya terdapat sebuah tempat tidur dari semen yang bisa digunakan buat tidur, duduk ataupun bersantai sambil menaruh bawaan. Malam semakin larut dan kabut diluar pos semakin tebal saja. Karena hanya membawa lampu senter multifungsi tanpa membawa oncor, obor atau sebagainya maka hawa dingin semakin merajalela.
“Anjing! Dingin abis disini. Mana kaga ada perapian pula.” Nugie mulai menyumpah serapahi keadaan. Aku melihat Silvia mulai mendekatiku dan berbagi jaket gunung bersamaku. Maklum diantara kami berempat, akulah yang menggunakan jaket gunung paling tebal, tapi jujur saja suasana dingin sudah biasa bagiku karena aku lahir didaerah pegunungan juga. “Hih! Dingin, dingin banget.” Silvia kini mulai berani memeluk tanganku. Kurasakan tonjolan menyentuh lengan atas tanganku. Dada Silvia yang cukup besar, 36B setidaknya menurut tebakanku menyentuh tanganku. Disuasana sedingin ini sebuah kehangatan merupakan surga.
“Hmm! Silvia.” panggilku padanya dan dia menoleh. Dia terkejut karena tanganku sudah memasuki jaket dan baju kausnya bahkan sudah melewati himpitan branya dan menyentuh buah dadanya yang montok itu. “Kakak! Kakak apa-apaan sih?” bentaknya padaku namun tak berpengaruh bahkan aku semakin berani mereka payudaranya kali ini menggunakan kedua tanganku. “Kamu tau nggak Silv, di cuaca sedingin ini kehangatanlah yang penting. Dari pada aku mati beku mending kita bekrja sama.” aku beralasan. Tanpa di komando lagi, Joni segera memegangi kedua tangan Silvia dari belakang sementara aku membuka bra nya. Kali ini dada Silvia tidak tertutupi bra lagi walaupun dia masih mengenakan jaket dan kaus. Tak hanya itu, aku langsung memelorotkan celana jeansnya dan juga celana dalamnya. Setelah tubuh bawahnya telanjang dia baru dapat berteriak. “Hentikan! Kalian sudah pada gila! Apa-apaan ini? Jangan macam-macam.” serunya namun tak ada gunanya. Bahkan Nugie yang dari tadi bengong jadi ikut bereaksi meremas-remas payudara Silvia. Sementara mulutku mencumbu bibirnya dengan french kiss. Nampaknya mau tak mau dia pasrah juga melihat dirinya dikerumuni tiga pria dan semuanya berebutan untuk merangsang diri mereka dengan tubuhnya yang akhirnya berbalik merangsang diri Silvia sendiri.
Tak menunggu lama segera aku pasang posisi, “Jangan khawatir Silvi, yang penting kenikmatannya kok dan kehangatan kita semua.”kataku sambil membuka resleting celana jeansku dan segeralah batang kejantananku mengacung tegak seolah menantang dinginnya malam berkabut itu. “Gila! Gede amat.” tanpa sadar Nugroho berceletuk dan ditanggapi dingin oleh aku dan Joni.
Blessshhh. Segeralah batang penisku itu menerobos masuk kedalam vagina Silvia. “Achh, sakit mas.” Silvia mulai terbata-bata. Kala itu baru kepala penisku yang bisa masuk. “Kamu masih perawan yah Sil.” aku tersenyum melihat dia menahan rasa sakit namun tak sanggup memberikan perlawanan. Dan dalam selang satu sampai dua menit akhirnya seluruh batang kemaluanku berhasil sukses melesak masuk kedalam liang kewanitaan Silvia.
“Ah, achhh, ahhh.” Silvia mulai mengejang menahan sensasi kenikmatan dan menahan rasa perih di liang senggamanya. Ukuran vaginanya memang lebih kecil dari semua cewek yang pernah kutiduri dan ditambah ukuran penisku yang cukup lumayan itu membuat terasa sangat seret dan sulit saat akan penetrasi.
Benar-benar situasi yang luar biasa dimana Silvia yang hanya menggunakan atasan dan diriku yang masih berpakaian lengkap ini bersenggama di sebuah ruangan yang dingin berkabut. Karena kondisi maka aku memilih doggy style sehingga tidak perlu terlalu ribet. Tiap sodokan demi sodokan dari penisku membuat kedua payudara sang dara ini berguncang hebat. “Achhh, mas, ahhh, ahhhh…hentikan mas…achhh.” racaunya ditengah goyangan mautku. “Bener mau berhenti?” godaku padanya sambil senyum-senyum. Sambil meremas-remas payudaranya dari belakang, aku benar-benar mencapai kepuasan yang tiada tara. Gadis bertubuh molek ini akhirnya dapat aku garap dengan seekstrim ini. Dua puluh menti kemudian aku mencapai klimaksku dan ku semprotkan seluruh cairan kemaluanku didalam vaginanya. Saking banyaknya hingga ada tetesan yang keluar.
Setelah diriku, Joni lalu kemudian Nugroho juga melampiaskan hasrat terpendam mereka ketubuh Silvia dan sama sepertiku mereka menggunakan doggy style. Sperma-sperma yang memenuhi liang kewanitaan Silvia seolah menjadii saksi kebrutalan tiga pria dalam satu malam yang dingin. Banyak sekali pose saat Silvia disodok yang terekam kameraku. “Enak yah Sil? Nyari kehangatan sambil nyari kenikmatan.” kataku padanya. “Kalau kamu ntar mau ******* lagi, bisa ngomong ke aku OK Sil.”aku manambahi.
Setelah kurang lebih pukul 4 pagi, kabut mulai hilang dan kami berempat berani untuk turun. Malam itu selama kurang lebih 2 sampai 3 jam kami mengerjai Silvia dari segala sisi. Setidaknya aku sudah berejakulasi dirahim, anus dan dadanya. Begitu juga dengan dua orang yang lain, bahkan Nugie lebih rakus karena dia memaksa Silvia melayaninya hingga 5 kali. Entah sudah berapa banyak sperma yang memasuki rahim Silvia waktu itu. Malam itu selain mendapatkan servis dari Ashanti, aku juga memperoleh servis dari Silvia plus keperawanannya. Rekorku sepertinya melebihi rekor Yusak temanku dalam hal memerawani cewek.

Hari ketiga waktu sore hari tiba, banyak peserta makrab yang menyiapkan acara mereka masing-masing karena tiap-tiap regu diharuskan menampilkan sebuah atraksi hiburan yang akan digunakan pada malam api unggun. Malamnya saat acara api unggun dimulai, suasana sangat meriah dan tidak ada lagi acara bentak-bentak dari para senior. Semuanya membaur menjadi satu baik senior maupun junior. Aku, aku memilih menyendiri di salah satu tenda panitia. Terus terang aku cukup lelah dengan aktifitas pagi waktu itu dimana kelompok tugasku diberikan tugas untuk menyiapkan keperluan dan perlengkapan untuk acara api unggun.
Saat aku mendekati salah satu tenda panitia dari bagian dokumentasi, aku mendengar ada suara orang bercakap-cakap, setidaknya ada 3 orang disana. Kudengar samar-samar dan aku mulai dapat memastikan kalau suara itu adalah suara Joni dan Anwar temanku sementara suara satu lagi adalah suara perempuan yang aku tidak kenal. Tapi itu bukan yang membuatku terkejut, karena yang membuatku sangat terkejut adalah suara-suara yang muncul dari mulut ketiga orang itu.
“Jangan kak! Saya benar-benar nggak sengaja kok.”kata si cewek yang ternyata bernama Ivone. “Gak sengaja gimana? Jelas-jelas kamu bawa benda ginian ditas kamu, emangnya benda seperti ini isa masuk dewe?”bentak Anwar dengan logat jawanya.
Terdengar suara tangis kecil dan sesenggukan dari sang cewek. Aku segera masuk untuk mengetahui apa yang terjadi dan kudengar dari penuturan kedua rekanku itu bahwa bocah yang bernama Ivone ini ternyata membawa minuman keras Jack Daniels dan juga beberapa linting rokok berisi ganja.
“Sinting! Kamu pikir ini tempat apaan?”bentakku. Emosi juga kumelihat ada junior yang berani bertingkah jauh diambang batas seperti gadis ini. Gadis berkulit putih ini hanya bisa terdiam. Ivone adalah gadis keturunan cina, tinggi tubuhnya 165 an dan berambut panjang lurus di cat warna merah dipinggirnya.
“Saya menyesal kak. Tolong jangan dilaporin.”pintanya setengah merayu walaupun tangisnya masih juga keluar. “Heh, dia pake acara merayu pula.”ejek Anwar pada Ivone sambil duduk yang lalu pergi keluar untuk mecari udara diluar tenda. Aku lihat tubuh Ivone cukup bagus dan wajahnya juga lumayan karena didukung kulitnya yang putih bersih. “Hng! Emangnya kamu mau ngerayu kami pake cara apaan?”kataku padanya sambil melirik kearah buah dadanya. Saat itu dia memakai kaus lengan pendek dengan lingkar leher cukup besar sehingga dari lingkar leher kausnya dapat terlihat dadanya saat dia merunduk.
Nampaknya Ivone cukup tanggap akan hal tersebut dan dia segera membuka kausnya hingga terlihat payudaranya yang dibalut bra berwana krem. “Kakak boleh lihat tubuh Vony tapi jangan lapor tentang rokoknya sama minumannya. Please yah kak, ntar aku bisa dikeluarin.”pintanya memelas. Joni menimpali,”Lo bukan cuman bakal dikeluarin tapi juga dipenjara. Kita-kita bisa saja ngomong kalau lo mau mengedarkan ganja itu di lingkungan kampus.”serunya pada dara tersebut.
Sambil meletakkan tas cangklongku aku perlahan mendekati dia,”Kamu, kalau cuman bisa buka segini ga ada gunanya. Ga setimpal. Kalau mau buka semuanya!”seruku padanya. Akhirnya walau dengan enggan akhirnya dia mau mencopot seluruh pakaiannya didepan kami berdua. Payudara putihnya segera menjadi pemandangan utama dan ukurannya cukup besar sekitar 36B, belum lagi pusarnya yang ditindik membuat dia semakin seksi saja.
“Wah, kalau gini baru kita-kita bisa berpikir jernih tentang masalah lo.”Joni terkekeh sambil menjulurkan tangannya memegang-megang payudara Ivone. Tapi dikebaskan tangan Joni oleh tangan Ivone. “Sialan! Lo mau gua laporin apa?”bentak Joni tidak terima. Namun suasana saat itu terhenti saat ada seseorang yang masuk yang ternyata adalah Anwar.
Dia terkejut dan tak dapat melepaskan pandangannya dari tubuh bugil Ivone,”Gila, apa-apaan neh? Kok jadi gini?” Anwar bingung. Selang beberapa detik kemudian ada panggilan dari radio komunikasi kami dari HT salah satu teman kami diluar, isinya adalah buat Joni untuk segera datang keacara api unggun karena dia kebagian tugas mengabadikan acara tersebut dengan handycam panitia. Segera kusuruh Joni keluar walalaupun enggan tapi hal tersebut agar tidak membuat kecurigaan dikubu panitia.
“Sekarang tinggal kita bertiga.”kataku pelan sambil membuka celanaku dan segera terpampang penisku yang sudah lama ereksi karena melihat tubuh telanjang Ivone. “Kak, jangan! Tadi khan katanya cuman mau lihat. Bukan yang lain kak.” kata Ivone patah-patah karena gugup. Anwar masih bengong dari tadi baru bisa menguasai dirinya, “Di! Kowe sudah edan yah? Ntar kalau yang lain kesini bisa mampus kita.”katanya panik dengan logat lucunya itu. Aku hanya meringis sambil menyergap Ivone yang mencoba berontak. Kupegang kedua tangan dara tersebut sementara kedua pahanya kutekan dengan kakiku sehingga tak dapat bergerak lagi.
“Von, sekarang kamu harus buat aku senang kalau tidak aku laporin semua barang bukti ini ke temen-temen panitia yang laen. Gak enak lho dipenjara bertahun-tahun apalagi buat gadis muda kayak kamu. Dipenjara bisa jadi bulan-bulanan.” kataku menakut-nakutinya dan berhasil, dia menjadi minder ketakutan akan akibat yang mungkin terjadi jika aku melaporkan semuanya.
Kuciumi mulutnya yang tipis itu sambil kuremas-remas payudaranya yang putih mulus itu. Kujilat dan kuhisap-hisap puting susunya sehingga mengeras dan sedikit demi sedikit dia sudah mulai merasakan kenikmatan cumbuanku. Vaginanya mulai basah dan saat inilah yang kutunggu. Kuarahkan penisku kearah bibir vaginanya dan segera kudorong melewati labia minora tersebut.
“Ach, ahhh…!!!” rintihnya pelan saat batang kejantananku melesak kedalam vaginanya. “Ahhh, nikmat sekali.” kataku pelan sementara dia hanya membisu dan membuang muka kesamping. Dari saat aku memasukkan penisku hingga saat aku mulai memompa batang kemaluanku itu, aku dapat merasakan kalau dia sudah pernah berhubungan dengan pria lain. Tak ada darah dan kesulitan memasukkannya tidak sesusah saat bersama dengan gadis yang masih perawan.
Kugenjot semakin cepat sambil kuangkat kedua pahanya dan kusandarkan di pundakku sementara dia berbaring pasrah menerima hunjaman-hunjaman penisku di liang kemaluannya. “Ahhh, achh, ohhh…” rintihnya pelan. Selama sepuluh menit aku hajar vaginanya dengan posisi itu dan karena tempat yang sempit aku enggan berpindah posisi. “Ahh, aku mau keluar nih. Keluarin mana nih?” kataku padanya. Dia hanya menjawab pasrah, “Terserah kakak mau dikeluarin dimana.”
“Ahhh, ahhh…!!!” aku mengerang cukup keras sebelum aku menegang dan penisku menyemburkan cairan sperma yang cukup banyak didalam vaginanya. “Crot, crott, crottt, crottt….!!!” Sekarang liang vaginanya dipenuhi cairan putih kental yang akhirnya sebagian besar mengalir keluar dari dalam liang senggama Ivone melalui bibir vaginanya. Aku lalu memakai celanaku lagi dan duduk agak jauh dari Ivone.
“Kamu nggak mau nyobain nih cewek?” kataku pada Anwar yang dari tadi cuman tertegun menonton permainan panasku dengan Ivone. Akhirnya dia juga ambil bagian. Dengan sigap dia copot semua pakaiannya dan langsung mengarahkan penisnya yang berwana coklat kehitaman itu kearah bibir vagina Ivone yang putih kemerahan yang masih belepotan sperma itu, tapi nampaknya temanku itu tak peduli lagi.
“Ahhh, ahhh, akhirnya hilang juga perjakaku. Kentu ma cewek cina lagi. Ngimpi juga gak pernah aku.” katanya padaku. Aku hanya tersenyum melihat kelakuan polos temanku itu. Batang kemaluan yang berwarna gelap itu kontras sekali dengan liang memek Ivone yang putih kemerahan. Setiap kali penis Anwar menyodok dalam vagina Ivone, gadis itu bergetar keras sambil mendesah entah desahan sakit atau kenikmatan.
“Ahhh, keluarin didalam yah non.” kata Anwar dan benar saja hanya dalam waktu lima menit dia ******* dengan gadis itu dia langsung mencapai klimaksnya. Sekali lagi cairan sperma milik seorang pria membanjiri liang senggama Ivone. Setelah itu kami berdua menyuruhnya mengoral penis kami hingga kami berejakulasi diwajah dan mulutnya.
Sekitar dua jam kemudian, Joni datang bersama tiga orang panitia yang lain. Semuanya pria dan semuanya menjadi horny saat melihat tubuh telanjang Ivone yang lemas karena melayani aku dan Anwar tanpa henti. Seakan kerasukan setan, keempat rekanku itu mencopot celana mereka masing-masing dan menggagahi Ivone secara bergantian. Kali ini bukan cuma vagina dan mulutnya yang dihajar dengan sumpalan penis, tapi juga lubang anusnya yang disodomi oleh keempat temanku ini. Benar-benar brutal sekali, karena sempat aku melihat saat vagina Ivone dijejali dua penis sekaligus. Saat itu dia menangis keras namun segera dibungkam oleh salah seorang dari mereka. Sekitar jam 12 malam tepat saat acara api unggun mendekati selesai, mereka berempat selesai mengerjai Ivone dan meninggalkannya dengan tubuh belepotan sperma baik dimulut, payudara, perut, paha, punggung bahkan anusnya, terlebih di liang kewanitaannya dibanjiri oleh sperma dari 6 orang pria berbeda. Karena terlalu banyak hingga meluber keluar. Malam itu Ivone lolos dari jerat hukum tetapi dia masuk kedalam jerat kami para panitia. Benar-benar malam yang menyenangkan.

07 Perjalanan Rakeyan

07 Perjalanan Rakeyan

***************************************************************************************************************************













BAGIAN PERTAMA : KE BUMI KAWASTU

PENDAHULUAN

MULA PERJALANAN

BAGIAN KEDUA : SEMBILAN PENDERITAAN

BAGIAN KETIGA : GODAAN KEBOHONGAN

BAGIAN KEEMPAT : KUNJUNGAN KE NEGARA SUCI

BAGIAN KELIMA : TAMAN PRIBADI

BAGIAN KEENAM : JAWABAN ATAS PENGALAMAN

BAGIAN KETUJUH : PENUTUP



===========================================================================================

BAGIAN PERTAMA : KE BUMI KAWASTU

PENDAHULUAN

Pada hari terakhir dari acara doa-puasanya seseorang memberi tahu Rakeyan tentang wujud naga bermahkota yang harus dihadapinya malam nanti. Rakeyan pun bersiap diri, meminta dukungan doa dari ibunda dan adindanya. Pada pukul sepuluh empat puluh malam ia telah tiba di Bumi Kawastu. Sedikit merasa ragu ia, tetapi diingatnya pesan yang telah diterimanya:

'Bumi Kawastu, datanglah kesana. Tetaplah ingat dan sadar. Janganlah takut kepada kekuatan bumi ……' Segera ia mulai bersembahyang dan beribadah. Ketika itu waktu sudah menujukkan pukul sebelas malam. Banyak juga yang ikut mengantarkan dia dalam doa menurut 'cara' mereka sendiri. Di antaranya ayunda dan suaminya, juga paman mereka, dan ditambah empat orang kawan-kawan lainnya yang ikut mengantarkan Rakeyan ke tempat terjadinya peristiwa ini. Walaupun demikian tetaplah kenyataan bahwa apa yang akan ia alami itu haruslah ia hadapi seorang diri.



MULA PERJALANAN

Rakeyan melihat dengan jelas, merasa dengan pasti, berpikir dengan terang, bergerak terkendali, dan sepenuhnya dalam keadaan sadar. Ia berada di tepi sebuah pantai. Jelas terdengar suara deburan ombak dan membadainya angin. Rakeyan mengagumi kemuliaan ciptaan Tuhannya.

Seekor naga berwarna hijau datang mengitari tubuhnya, kepalanya yang besar itu bergerak ke belakang kepala Rakeyan, lalu ke sebelah kirinya. Bagian kiri kepalanya menegang mengeras, dan telinganya menjadi seperti tuli. Ular naga bermahkota itu memandang kepada Rakeyan, dan mengundangnya masuk ke air. Rakeyan merasa ragu. Tiba-tiba saja Rakeyan sudah mulai berkelahi dengan naga itu. Mereka bergulat di tepi pantai, di antara terpaan ombak yang datang dari pantai. Kadangkala Rakeyan di atas, kadangkala di bawahnya. Amat seru jalannya pertandingan itu, sulit untuk mereka saling mengalahkan.

Akhirnya Rakeyan menunggangi naga itu, berpegangan erat pada rahangnya, dan iapun dibawa memasuki dalamnya samudera. Ia melintasi lapisan demi lapisan air laut, dan semakin dalam ia pergi semakin kelamlah nampaknya segala sesuatu yang terlihat.

Akhirnya mereka tiba di mulut gua di dasar laut, dan pada waktu itulah naga bermahkota tadi hilang entah kemana. Kemana ia pergi Rakeyan sama sekali tidak mengetahuinya. Rakeyan pun tidak berusaha untuk mencarinya. Rakeyan melihat ke dalam lubang gua itu, nampak olehnya bagaimana gelap, sunyi, dalam, hampa, dan menakutkannya tempat itu. Rakeyan merasa takut dan ngeri, tetapi ia tahu bahwa ia harus masuk ke dalamnya. Terus disebutnya nama Tuhan di dalam hatinya, dimantapkannya keyakinan dirinya dan dimasukinya gua yang gelap itu. Demikianlah Rakeyan mengisahkan perjalanannya dan segala sesuatu yang disaksikannya.

[Back]



BAGIAN KEDUA : SEMBILAN PENDERITAAN

Lembaran - lembaran Kesedihan dan Kejatuhan Manusia

Pemandangan Pertama : Peperangan

Setelah melewati dinding gua yang kosong, Rakeyan melihat seorang wanita tua duduk di atas kursi. Ia berada di sebelah kiri, dan duduk membelakangi Rakeyan. Lalu Rakeyan memanggilnya, dan betapa terkejut Rakeyan ketika ia berbalik ke arah Rakeyan. Wajahnya hitam kusam seperti terbakar, dipenuhi kerut-kerut ketuaan yang meklukiskan penderitaan yang mata sangat. Ia tidak dapat berbicara, apalagi memohon. Hanya wajahnyalah yang berada di situ untuk menunjukkan apa arti penderitaan manusia.

Rakeyan meneruskan perjalanannya, hingga tiba di sebuah tempat yang agak lebih luas. Dilihatnya banyak mayat dan tubuh dalam keadaan sekarat bergelimpangan di mana-mana. Semuanya dalam keadaan penuh darah, dan bahkan beberapa di antaranya terlihat dengan luka-luka bekas terbakar. Api membakar memusnahkan segala sesuatu dan manusia saling berperang serta membunuh. Walaupun mulanya perang itu pecah di antara dua pasukan tentara yang berhadapan, akhirnya keadaan menjadi sangat kacau. Semua berusaha saling membunuh tanpa memperhitungkan siapa kawan dan siapa lawan lagi. Pada saat itu perang telah kehilangan tujuannya, dan membunuh sudah menjadi cita-cita yang utama. Di antara reruntuhan kemusnahan, manusia sedang berusaha menghancurkan kehidupan. Rakeyan melanjutkan perjalanannya, meninggalkan pemandangan yang mengerikan itu …



Pemandangan Kedua : Pesta Kebodohan

Pesta sedang berlangsung ramai, para tamu berdatangan, minuman disuguhkan dan makananpun disajikan. Suara riuh berdenting terdengar di mana-mana, semakin menambah kemelut dan kacaunya suasana. Wanita-wanita penyambut, yang tidak berbusana, memandangi mereka yang sedang rakus bersantap, dan mengantarkan yang baru datang ke mejanya masing-masing.

Demikianlah pesta itu berlangsung terus-menerus, tanpa ada tanda-tanda akan berhenti sama sekali. Karangan bunga terlihat di mana-mana, dan juga bermacam-macam hiasan yang indah-indah. Tetapi mengapa tidak seorangpun terlihat bahagia, atau tampak senang menikmati apa yang telah disajikan bagi mereka. Para tamu yang datang terlihat gagah karena pakaian dan perhiasan mereka yang indah-indah dan mahal-mahal. Tetapi mereka semua terlihat tua dan seperti dirundung kesedihan. Kerutan-kerutan di wajah mereka menunjukkan ketidak-sejahteraan, dan itu semua tidak dapat dihilangkan oleh bedak dan kosmetik di wajah mereka. Terlihat lagi tamu-tamu berdatangan, dalam rombongan berbaris masuk, dituntun dan dihantarkan oleh wanita-wanita penyambut yang tak berbusana. Tetapi alangkah mengerikannya … alangkah sangat mengerikannya. Mereka semua lumpuh dan datang di atas kursi-kursi roda. Mulanya Rakeyan ingin tinggal di tempat itu, bahkan ingin bersetubuh dengan seorang wanita cantik di cekung berukir di dinding sana, yang sejak Rakeyan tadi datang telah memanggil-manggil Rakeyan agar mendekat kepadanya. “Tapi tidak” kata Rakeyan dalam hatinya … “aku tidak boleh tinggal lama di tempat ini.” Ini bukanlah tempat kebahagiaan, dan jauh pula dari tempat kesenangan. Di tempat ini orang bertambah umur menjadi semakin tua, tetapi mereka tidak menjadi lebih bijaksana. Rakeyan memasuki lorong gua pada arah yang berlawanan dari tempat ia tadi tiba, dan melanjutkan perjalanannya.



Pemandangan Ketiga : Kekejaman Manusia

Rakeyan tiba di bangsal kekejaman manusia dan apa yang ia saksikan tidak akan pernah akan ia lupakan. Di tempat ini manusia senang menyakiti sesamanya, dan kelihatannya mereka juga seakan-akan senang untuk saling menyakiti.

Dua orang pria duduk saling berhadapan, masing-masing memegang batang besi tajam di tangannya. Mereka saling menusuk, dan menghujam dalam lawannya dengan batang besi tajam itu, hingga darah merah membanjir di mana-mana. Mereka kesakitan dan seperti hampir mati, tetapi mengapa mereka tidak mau berhenti.

Lalu Rakeyan melihat dua orang diikat pada lehernya, tergantung pada dua ujung kayu yang diletakkan di atas sebuah penopang. Kaki mereka tidak dapat menyentuh lantaui dan karena itu mereka tercekik hingga tidak dapat bernapas. Bila yang satu berusaha menjejak tanah dengan memberatkan tubuhnya, maka yang satu lagi akan berbuat yang sama, sebab bila tidak, ialah yang akan tergantung hingga sesak dadanya. Karena tidak seorangpun yang mengalah, maka keduanya akan tergantung disitu untuk selama-lamanya.

Beberapa wanita telanjang berdiri dengan kedua tangan terikat pada tembok di belakangnya. Banyak orang dan bahkan mereka sendiri menusuki kemaluan mereka dengan besi panas. Mereka menjerit-jerit kesakitan dan menangis memilukan, tubuh mereka berguncang-guncang menahan penderitaan yang mengerikan. Tetapi siapakah yang dapat menolong mereka. Penghukuman ini adalah karena kesalahan mereka sendiri. Rakeyan merasa tahu akan hal itu karena dilihatnya tubuh bayi-bayi kecil berserakan di tanah, yaitu bayi-bayi yang telah mereka tolak dan sia-siakan. Semuanya dalam keadaan hancur berdarah. Rakeyan bergerak memasuki lorong gelap dan melanjutkan perjalanannya.



Pemandangan Keempat : Penderitaan Kanak-kanak

Rakeyan memasuki bangsal penderitaan kanak-kanak dan apa yang dilihatnya membuatku menangis. Di tempat ini, ratusan bahkan ribuan anak-anak kecil menderita segala sesuatu yang seharusnya tidak mereka alami.

Mereka berdiri menangis meminta makan, karena sudah cukup lama mereka berada dalam keadaan lapar. Mereka kelihatan seperti binatang karena keadaan mereka. Kepala mereka terlihat besar mengerikan, tubuh mereka sangat kurus hingga tulang-tulang rusuk mereka seperti akan tembus memecah lapisan kulit yang amat tipis. Debu kotor dan bekas-bekas luka bernanah mememhuhi tubuh mereka, semuanya susah untuk disembuhkan. Perut mereka menggembung karena busung lapar. Sudah sangat lama mereka menderita, sehingga tangisan mereka kini tanpa air mata lagi. Di tengah kesedihan mereka Rakeyan bertanya: “Ya Tuhan, mengapa?”

Kemudian Rakeyan melihat anak-anak yang terpenjara di kandang-kandang. Setiap kandang penuh sesak sehingga mereka tidak dapat bergerak atau melakukan apapun. Semua ingin bebas seperti burung-burung di udara. Pada umur mereka yang masih sangat muda dan halus itu, sebenarnya mereka berhak untuk menerima kasih yang berlimpah. Sesungguhnya mereka tidaklah dilahirkan hanya untuk menderita. Rakeyan bertanya lagi: “Ya Tuhan, mengapa?”

Selanjutnya Rakeyan melihat anak-anak yang bekerja seperti budak, mengerjakan jenis pekerjaan orang dewasa untuk kepentingan dan keuntungan orang lain. Mereka bekerja tanpa henti, dalam ketakutan dan kemelut jiwa. Seharusnya mereka berada di taman berumput hijau segar, di mana kupu-kupu indah berterbangan dan di mana mereka dapat tertawa riang dengan senang. Tetapi sebaliknya, di sinilah mereka berada dan disalah-gunakan orang lain. Bilamana mereka bekerja terlalu lamban pengawas atau mandor akan mencambuki mereka. Bahkan dengan semakin keras apabila mereka menangis. Belum lagi bentakan-bentakan yang keras dan tajam, yang ditumpahkan merobek gendang-telinga dan jaringan hati anak-anak yang halus itu.

Perlahan-lahan Rakeyan membungkukkan tubuhnya hingga kening kepalanya menyentuh lantai dan dalam sujudnya ia bertanya untuk ketiga kalinya: “Ya Tuhan, mengapa?” Rakeyan bergerak memasuki lorong gelap dan melanjutkan perjalanannya.



Pemandangan Kelima : Penyakit Manusia

Rakeyan memasuki bangsal penyakit manusia, dan apa yang dilihatnya membuat tubuhnya bergetar. Di situ, di sebuah pulau, berdiri sebuah masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang menderita sakit. Ada yang sakit kusta, ada yang batuk berdarah, dan berbagai penyakit-penyakit parah lainnya. Sebagian orang yang sakit hanya terbaring saja di tanah tanpa dapat bergerak lagi, tanpa didampingi oleh seorang penolongpun. Pada jalan-jalan kecil di pulau itu banyak orang sakit berkeliaran, mencari pertolongan. Mereka menangis, mereka merintih, mereka mengerang. Penyakit mereka membinasakan tubuh mereka secara perlahan-lahan. Rakeyan bertanya kepada Penciptanya: “Ya Tuhan, mengapa semua ini harus terjadi?” Kemudian Rakeyan bergerak memasuki lorong gelap dan melanjutkan perjalanannya.



Pemandangan Keenam : Orang Cacad

Rakeyan memasuki bangsal orang cacad, dan apa yang dilihatnya membuatnya merasa takut. Tempat ini penuh dengan orang-orang yang tidak sempurna keadaan tubuhnya. Sebagian tidak memiliki tangan dan lengan, hingga tidak dapat melakukan apapun, sebagian lagi tidak memiliki kaki sehingga harus melompat-lompat dari tempat ke tempat. Ada pula orang-orang yang buta, atau tuli, maupun bisu. Rakeyan bergerak memasuki lorong gelap, dan melanjutkan perjalanannya.



Pemandangan Ketujuh : Kejahatan Manusia

Rakeyan memasuki bangsal kejahatan manusia dan apa yang dilihatnya membangkitkan rasa marahnya. Di situ, dalam masyarakat kebinatangan manusia, semua terbagi antara yang kuat dan yang lemah. Bahasa kekuasaan dan penindasan dipergunakan dengan sempurna di sana. Seorang lelaki yang besar dan kejam memerintahkan mereka yang lemah untuk melayaninya, dan ia akan membentak-bentak dengan kasar apabila hatinya tidak merasa puas. Kemudian iapun akan menyakiti dan menghukum mereka. Di tempat yang terkutuk ini tidak seorangpun tersenyum dan apabila sesekali ada yang tersenyum, maka senyumnya adalah senyum kegetiran dan pahitnya hidup. Kaum wanita selalu berusaha menyembunyikan diri mereka, setiap saat manusia kejam itu lewat. Tidak seorangpun mau untuk menampilkan wajah mereka kepadanya. Rakeyan melihat ketika orang tersebut menghampiri seorang wanita, maka wanita itu akan berusaha menyembunyikan dirinya di balik pepohonan. Tetapi orang kejam itu menarik tangan wanita tersebut dengan kasar. Kemudian ketika ia melihat bahwa kecantikan wanita itu tidak seperti yang ia duga, maka ditendangnya wanita tersebut ke dalam sungai. Kemudian orang kejam itu melihat seorang wanita lain, ditariknya tangannya dan diseretnya ke suatu sudut. Direnggutnya pakaiannya dan digagahinya pribadi yang menolak itu secara paksa.

Rakeyan berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa bilamana ia bertemu orang ini dalam kehidupan, ia akan bertindak menentangnya. Rakeyan bergerak kembali memasuki lorong gelap dan melanjutkan perjalanannya.

Pemandangan Kedelapan : Belenggu dan Penjajahan Manusia

Rakeyan memasuki bagian luar bangsal belenggu dan penjajahan manusia, di sebelah kanannya dilihatnya lubang berterali besi. Melalui lubang jendela itu Rakeyan melihat ke suatu tempat jauh di bawah sana, di mana terdapat kumpulan orang-orang berambut kusut dan berpakaian kotor. Mereka semua dibelenggu dengan rantai. Sebagian pada tangannya, sebagian pada kaki dan tangannya, dan ada pula yang dirantai ke dinding batu. Dari waktu ke waktu para penjaga tahanan akan memasuki ruangan. Lalu memilih satu atau lebih dari tahanan yang ada untuk dipukuli dengan tongkat-tongkat kayu. Kadang-kala juga beberapa tahanan akan di bawa ke sebuah tempat khusus dan dipenggal kepalanya di sana. Setiap hari para tahanan yang terbelenggu itu akan digiring ke tempat kerja paksa. Di sana mereka bekerja dari pagi hingga sore tanpa mendapat cukup makanan. Suara para penjaga terdengar menggemuruhkan udara, mengarahkan jalannya kerja paksa. Rasa takut akan pukulan dan siksaan membuat orang-orang terbelenggu itu menurut.



Ketika itu Rakeyan sadar bahwa baik penjaga maupun tahanan di penjara tersebut telah sama-sama kehilangan rasa kemanusiaan mereka yang halus. Tempat dan hubungan di antara mereka telah membuat suara hati mereka tumpul. Rakeyan bergerak memasuki lorong gelap, dan melanjutkan perjalanannya.



Pemandangan Kesembilan : Perusakan Alam

Rakeyan memasuki bangsal perusakan alam dan apa yang dilihatnya menimbulkan rasa ngeri di hatinya. Hutan yang hijau indah sedang terbakar oleh jilatan-jilatan api yang dahsyat. Batang-batang pohon yang besar dan tadinya rindang, dilahap oleh lidah-lidah api raksasa yang menyebarkan kemusnahan di sana sini. Berapa saja margasatwa hutan yang binasa dalam neraka ini, kiranya jumlahnya itu tak akan terhitung lagi. Sungai-sungai menjadi kering. Tanah merah yang subur sekarang hitam hangus tak dapat ditanami lagi. Bumi mengalami kematian. Rakeyan bergerak memasuki lorong gelap dan melanjutkan perjalanannya.

[Back]



BAGIAN KETIGA : GODAAN KEBOHONGAN

Pemandangan Tunggal : Rumah Kebohongan

Bangsal berikutnya yang dimasuki Rakeyan ini berbeda dengan sembilan bangsal yang baru saja ia lalui. Tempat ini seakan-akan merupakan penjumlahan dan sekaligus ringkasan dari ke sembilan bangsal penderitaan yang telah dilalui, dalam suatu hubungan yang mengikuti hukum sebab-akibat atau karma. Maksudnya di sini adalah tempat untuk memperoleh sarana yang dapat digunakan untuk menimbulkan ke sembilan penderitaan yang telah disaksikan Rakeyan tadi. Maka di tempat ini pulalah seluruh pikiran, buah-buah pikiran dan perasaan yang telah dicerna Rakeyan selama melewati ke sembilan tempat penderitaan terdahulu semakin dipertajam. Di sinilah terdapat ujian dan batu sandungan yang amat berbahaya.



Wujud tempat ini adalah sebuah rumah dengan kamarnya yang banyak. Setiap kamar diberi pintu terbuat dari batu, yang dapat dibuka dari luar, tetapi tidak dapat di buka dari dalam. Jalan-jalan dan gang-gang di rumah ini selalu berada dalam kegelapan dan pada lantainya terdapat cairan jelaga hitam yang lengket. Karena itu amat sulit untuk berjalan di situ. Barang siapa yang tidak berhati-hati akan mudah terjerat di sini. Dari celah-celah pintu pada setiap kamar terlihat cahaya terang, yang seakan-akan dapat diartikan sebagai sinar keagungan. Barang siapa melangkah di jalan yang gelap dan sulit itu akan tergoda untuk memasuki salah satu kamar di rumah itu agar dapat menemukan terang. Rakeyan pun hampir terjebak di situ. Demikianlah yang terjadi. Ketika melangkah kaki Rakeyan terjerat oleh cairan jelaga yang hitam legam, sehingga ia harus berjuang keras untuk keluar dari dalamnya. Ketika akan melanjutkan perjalanan Rakeyan sempat menoleh ke arah kiri. Karena ada cahaya yang terlihat dari celah pintu. Dilangkahkannya kaki ke kamar yang terasa sangat mengundang itu, entah bagaimana ia menduga bahwa bila pintu tersebut dibuka maka ia akan memasuki suatu pengalaman baru. Lagipula pikirnya lebih baik berada di tempat yang terang di balik pintu daripada di gang rumah yang gelap gulita itu.



Rakeyan menaiki beberapa undakan tangga lalu mendorong pintu kamar yang mulanya terasa berat, tetapi akhirnya dapat kubuka dengan dorongan yang agak keras. Berbeda dengan apa yang ia harapkan, ternyata di balik pintu itu hanya ditemui sebuah ruangan yang sangat sempit dan kecil. Rasanya penuh sesak sekali karena di dalamnya banyak terdapat permata, batu-batu hias, ukiran-ukiran terbuat dari emas, pedang dan keris pusaka, dan banyak lagi bermacam-macam harta benda yang tampak bernilai tinggi. Karena mengira bahwa itu adalah hak dan warisannya, hampir saja Rakeyan mengambil sebuah barang sebagai kenang-kenangan.



Tiba-tiba dilihatnya seorang raja atau tokoh keprabuan duduk di atas tahta kencananya. Mulanya ia mengira sosok tersebut adalah gambaran dari salah-satu raja dan leluhurnya. Sewaktu akan memberi hormat tiba-tiba Rakeyan merasa bahwa dia tidak perlu menghormati sosok raja itu sama sekali. Lalu dilihatnya raja itu melepas mahkotanya dan menawarkannya kepada Rakeyan untuk ia pakai. Sempat terpikir oleh Rakeyan untuk mengambilnya, tetapi rasa keraguan tiba-tiba memenuhi hatinya. Segera di dalam hatinya Rakeyan berdoa terus-menerus, melagukan nama Tuhannya dengan sepenuh iman. Dengan tiba-tiba saja sosok raja itu tampak mengecil, dan terus semakin kecil, hingga akhirnya menjadi seorang bocah ingusan belaka. Sambil memegangi mahkotanya, ia tertawa-tawa senang. Wajahnya kelihatan bodoh. Secepatnya Rakeyan meninggalkan ruangan itu. Ia merasa beruntung bahwa tadi pintu ruangan tersebut ia pegangi dan tidak dibiarkan tertutup. Rakeyan bersyukur karena telah memperoleh satu pelajaran yang berharga.



Di tempat itu banyak orang yang telah datang hanya dengan cita-cita yang terbatas. Mereka menghubungkan kebahagiaan hanya dengan suatu keinginan yang bersifat pribadi, tanpa sama sekali mengira bahwa kebahagiaan seperti itu hanyalah suatu kebohongan atau kebodohan belaka. Ke dalam masing-masing kamar di rumah itu telah masuk orang-orang yang mengira bahwa pemuasan keinginan-keinginan mereka sendiri adalah hal yang terpenting. Karena itu mereka menjadi terpenjara dalam kamar-kamar yang sempit dan sesak. Kehilangan semangat dan maksud untuk mendalami hal-hal yang lebih tinggi dan luhur dalam kehidupan manusia. Maka orang-orang seperti mereka itulah yang dapat mengakibatkan terjadinya sembilan penderitaan yang tadi telah disaksikan Rakeyan.



Tanpa merasa tertarik lagi untuk melihat kamar-kamar lainnya, Rakeyan melangkah di jalan yang sulit dilalui tetapi lurus itu. Tiba-tiba dari sebelah kanan dilihatnya seorang wanita cantik tanpa busana sedikitpun melangkah mendekati dirinya. Senyumannya sangat manis dan mengundang. Rakeyan memberi isyarat bahwa ia tidak tertarik kepadanya. Wanita itu menjadi marah dan, merekahkan kedua pahanya. Dengan sedikit rasa gentar Rakeyan melihat paha yang tadinya ranum menjadi busuk di sisi dalamnya dan dipenuhi ulat-ulat pemakan bangkai.



Dengan tersenyum Rakeyan terus melangkah, kini dengan lebih mudah, karena kakinya tidak mudah lagi terjerat dalam cairan jelaga hitam di lantai. Ditinggalkannya rumah kebohongan itu dan sekali lagi ia berada dalam lorong gua. Dilihatnya cahaya terang di ujung lorong, maka Rakeyan pun melangkah dengan cepat dan terus semakin cepat, hingga dalam sekejap saja ia telah berada di luar lorong. Kakinya tidak menjejak bumi, karena didapatinya dirinya sedang terbang melayang.

[Back]



BAGIAN KEEMPAT : KUNJUNGAN KE NEGARA SUCI

Pemandangan Tunggal : Dunia Cahaya

Apa yang disaksikan Rakeyan sangatlah ajaib dan tak terlukiskan. Walaupun Rakeyan dapat mencoba bercerita, tetapi sebelum mulaipun dia sudah merasa kehabisan kata-kata. Karena itu, ketahuilah bahwa apa yang dituturkan Rakeyan di sini hanyalah sebagian kecil saja dari apa yang telah ia saksikan, sedangkan keadaan yang sebenarnya tak akan mungkin untuk digambarkan sama sekali.



Negara Suci sangatlah berbeda dari tempat-tempat yang pernah dilihat atau dibayangkan Rakeyan sebelumnya. Ia adalah dunia dari segala dunia, dan keadaan dari segala keadaan. Sejauh manapun mata mencoba memandang, Rakeyan tak dapat melihat batas-batas dunia ini. Ruangannya maha luas, langitnya dari keabadian hingga keabadian dan tanahnya tidak memiliki jurang-jurang gelap. Gunung-gunung karang menjulang dengan megah di sana-sini. Terlihat anggun, indah dan berwibawa. Jalan-jalan mengitari gunung-gunung itu dan lorong-lorong atau jalur perhubungan menembus ke segala arah. Beberapa jalan mengitari tebing-tebing yang curam, kelihatannya cukup berbahaya untuk mereka yang harus berjalan di atasnya. Namun Rakeyan melihat beberapa orang yang berjalan di sana, tiba-tiba tergelincir ke luar batas jalan, ke sebelah kiri di mana jurang terdapat, akan tetapi ternyata mereka tidak meluncur jatuh. Mereka melayang di udara kosong dan dengan mudahnya kembali lagi menjejakkan kaki ke atas jalanan. Negara Suci terlihat terang-benderang, dengan paduan warna-warna putih dan kuning yang cemerlang. Di sana tidak ada matahari, karena dunia itu menjadi matahari dan bintang-bintang bagi dirinya sendiri, dan bagi seluruih mahkluk yang berada di dalamnya. Udara dan cuacanya terasa nikmat dan menyenangkan. Di sana seseorang tidak akan merasa kepanasan dan tidak akan merasa kedinginan.



Sambil melayang terus kulihat dunia-dunia di atasku dan dunia-dunia di bawahku. Semuanya dilengkapi dengan mahluk-mahluk yang berdiam di dalamnya. Lembah-lembah hijau terlihat luas membentang dan panjang sepanjang pandangan mata Rakeyan. Dilihatnya pula lapangan-lapangan luas di mana anak-anak kecil dengan wajah yang berbahagia bermain bersama mahkluk-mahkluk yang tak pernah ia lihat di dunia dari mana ia berasal. Juga dilihatnya taman-taman indah yang suasananya penuh kedamaian. Kesanalah seseorang dapat pergi untuk duduk menyendiri. Danau-danau yang luas, dan sungai besar yang berkelok-kelok turut menyemarakkan pemandangan di Negara Suci.



Dilihatnya kupu-kupu indah dengan bermacam warna dan berukuran raksasa beterbangan ke sana-kemari. Juga malaikat-malaikat di udara bepergian ke segala arah. Ada yang sendirian dan ada yang berkelompok. Melihat wajah mereka membuat hati Rakeyan berbahagia, karena keadaan mereka yang benar-benar menyenangkan. Kemudian Rakeyan memohon di dalam hati agar diijinkan mendengar suara kidung dari dunia ini. Dengan seketika itu pula terdengar olehnya suara nyanyian yang halus dan lembut menggetarkan perasaannya. Terdengar pula olehnya bunyi suara alat-alat musik, yang berjalin sempurna dengan suara nyanyian tersebut. Rakeyan ingin terus mendengarkan suara nyanyian yang tak akan pernah membosankan itu.



Kemudian Rakyan mendarat, singgah di sebuah taman bergantung di lerang sebuah gunung karang. Di situ ada air terjun kecil, tempat mandi dan ratusan bunga-bungaan yang indah-indah. Dilihatnya seorang gadis sedang mencuci rambutnya yang panjang. Kelihatannya ia baru saja selesai membasuh tubuhnya yang terbungkus sehelai kain. Rakeyan ingin melihat wajahnya, tetapi tetap saja gadis itu membelakangi dirinya.



Ingin Rakeyan menyentuh pundaknya, tetapi ia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya. Ingin pula ia memanggilnya, tetapi Rakeyan tidak tahu siapa nama gadis itu. Dengan rasa bingung dan malu Rakeyan menoleh ke kanan dan ke kiri, untuk mencari pertolongan. Tiba-tiba datanglah seorang wanita, mengenakan pakaian putih bersinar yang panjangnya hingga ke mata kaki. Sekarang gadis itu mau membalikkan tubuhnya ke arah Rakeyan. Wanita berpakaian putih itu memperkenalkan Rakeyan dangan gadis itu, tetapi mereka tidak berjabat tangan sebagaimana biasanya di lakukan di dunia dari mana Rakeyan berasal. Tiba-tiba gadis itu menjadi semakin lebih muda dan semakin lebih kecil tubuhnya. Bahkan hingga akhirnya ia terlihat seperti seorang anak kecil. Wanita berpakaian putih itu berkata kepada Rakeyan, dari dunia ke dunia telah diputuskan bahwa gadis akan menjadi istrinya. Gadis itu merasa malu dan Rakeyan pun menjadi semakin gugup. Ia ingin segera keluar dari suasana yang membuatnya sangat malu itu. Akhirnya rakeyan kembali mengangkasa dalam balutan sinar terang dunia cahaya yang mengitari tubuhnya.



Sementara melayang ia melihat ke bawah ke sebuah tebing curam dari mana orang dapat memandang lepas ke hamparan dunia raya. Di atas tebing itu berdiri hamba-hamba Penguasa jagad raya. Mereka semua mengenakan jubah putih yang panjang, menaikkan pujian dan doa kepada Yang Maha Kuasa. Mereka semua nampak suci, berbajik serta cantik dan tampan. Mereka di sana berdoa bagi dunia yang telah diciptakan. Tiba-tiba saja Rakeyan sudah berada di tepi pantai, memandangi birunya ombak lautan. Di manakah itu Rakeyan tidak tahu. Barangkali saja adanya di luar Negara Suci Dunia Cahaya.



Di kakinya terbaring seorang anak kecil yang tubuhnya setengah terendam di dalam air. Pakaiannya kusut dan basah. Tanpa mengetahui apakah ia sedang tidur atau sudah mati, Rakeyan mencoba untuk berbicara kepadanya. Tetapi rupanya ia tidak dapat bangun lagi, karena memang ia sudah mati. Rakeyan merasa sedih dan terharu. Kemudian didengarnya sebuah suara memerintahkannya untuk membawa tubuh anak kecil itu ke dunia cahaya. Pelan-pelan Rakeyan mengangkat tubuh anak itu, dan dengan secepatnya membawanya ke tebing tempat orang-orang suci tadi berdoa. Beberapa wanita cantik menerima tubuh anak kecil yang dibawa Rakeyan, menaruhnya di dalam bejana berisi air dan dengan lembut memandikannya. Tiba-tiba saja anak kecil itu hidup kembali. Telunjuknya menunjuk ke suatu tempat di kejauhan. Setelah itu Rakeyan melihat seorang pemuda berdiri di ketinggian gundukan karang, dengan sebuah bejana yang sangat besar di depannya. Dari sebelah bawahnya banyak orang datang berkerumun dan berkumpul menantikan sesuatu. Kemudian pemuda itu mulai memercikkan air dari dalam bejana kepada mereka yang mengitarinya itu. Ada percikan yang jatuh di atas kepala mereka, dan ada pula yang jatuh ke telapak tangan mereka, yang kemudian mereka minum. Di antara orang-orang banyak itu Rakeyan juga melihat juga beberapa anggota keluarga, termasuk ayahnya.



Setelah itu Rakeyan merasa ditarik ke satu sumber cahaya yang terang benderang. Seakan-akan ia sedang berenang dalam cahaya, bahkan juga meminumnya, dan sekaligus juga terlebur ke dalamnya. Ia terbawa mengapung ke atas ke arah satu ke-Ada-an yang Kudus, dan membuatnya sungguh gentar. Ditutupnya wajahnya dengan kedua tangannya, dan ditundukkannya kepalanya dengan takut, lalu berkatalah Rakeyan: “Jangan biarkan aku melihat(nya), atau aku akan binasa.”



Rakeyan diturunkan satu tingkat dan berdiri, atau terapung, di hadapan roda-roda cahaya yang besar, yang berputar dengan tanpa henti. Tersirat pengertian ke di benak Rakeyan, dan iapun paham bahwa ketiga roda cahaya itu adalah “Kuasa, Pemerintahan dan Ketertiban' (yang mengatur) Alam Semesta.” Dengan perasaan kagum, hormat dan takut Rakeyan memandang kepada apa yang telah ditunjukkan kepadanya itu



Tapi kini kunjungan Rakeyan ke Negara Suci Dunia Cahaya akan segera berakhir. Tidak lama kemudian sekali lagi ia telah berada di depan mulut lorong yang gelap.

[Back]



BAGIAN KELIMA : TAMAN PRIBADI

Pemandangan Tunggal : Pertempuran Yang Dimenangkan



Akhirnya Rakeyan mulai memasuki lorong gelap itu, mendorongkan tubuhnya supaya dapat bergerak maju. Ia terus bergerak ke suatu tempat yang tidak ia ketahui. Demikianlah ini riwayat perjalanannya selanjutnya.



Tiba-tiba lorong yang sedang ditempuh itu menjadi berkelok-kelok, hingga Rakeyan merasa pusing. Lalu pada detik berikutnya Rakeyan melaju dengan sangat cepat bagaikan kilat. Lorong yang ia lalui berbelok ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah dan ke atas lagi dan kemudian menjadi lurus hingga akhirnya ia tiba di mulut lorong gelap itu, pada akhir perjalanannya Di situ Rakeyan mengintip keluar. Terlihat olehnya sebuah taman yang kecil dan asri, hijau dan bercahaya terang karena disinari cahaya-cahaya putih perak. Di situ terdapat air terjun kecil, kolam menggenang dan kali kecil yang mengalir cukup deras.



Tiba-tiba saja Rakeyan telah berada di taman itu, bertemu dengan beberapa orang di sana yang menyambut kedatangannya. Mereka semua berpakaian putih. Rakeyan merasa senang, karena mereka semua nampak bahagia dan selalu tertawa gembira. Tapi tiba-tiba saja Rakeyan terangkat melayang ke atas mereka. Ketika memandang ke bawah Rakeyan sadar bahwa taman penuh cahaya itu sesungguhnya disinari oleh sesuatu yang berada di dalamnya sendiri. Agak terkejut pula Rakeyan menyaksikan bahwa taman itu dikelilingi kawasan hitam kelam yang luas dan tak kelihatan batas-batasnya. Bahkan langit di atasnya pun nampak hitam kelam. Tiba-tiba Rakeyan melihat entah dari mana banyak orang datang membawa tombak muncul dari kegelapan. Mereka berkumpul di atas tebing dan memandang kepada orang-orang di taman bawahnya. Semua mengangkat tombak tinggi-tinggi di atas kepala mereka, mengincar tajam kepada orang-orang yang berada di taman cahaya itu.



Walaupun Rakeyan ingin menghentikan mereka, tetapi ia tidak mampu untuk turun dari ketinggian di udara. Satru per satu orang-orang jahat itu melemparkan tombaknya ke bawah. Semua yang berada di taman melihat ke atas dan kemudian mengangkat tangan mereka, dengan menunjukkan telapak tangannya itu ke atas. Rakeyan merasa senang karena tidak satupun tombak yang dilemparkan dapat masuk ke taman itu, apalagi menyakiti mereka yang berada di dalamnya. Setelah itu tiba-tiba angin bertiup entah darimana, dan orang-orang yang berdatangan dari kegelapan tadi berubah semua menjadi kera. Tanpa pimpinan dan dalam keadaan bingung mereka semua lari berpencar dalam kelam hitamnya kegelapan.



Rakeyan berada kembali di dalam taman. Di kejauhan dilihatnya orang-orang yang berjalan di atas kaki dan tangannya berbondong-bondong mendekati taman di mana ia berada. Setibanya mereka diperbatasan taman, yaitu di antara terang dan gelap, mereka berhenti karena tidak dapat masuk. rakeyan berjalan mendekati mereka. Jelas terlihat olehnya bahwa semua berada dalam keadaan bingung dan ragu-ragu. Mereka semua ingin masuk ke dalam taman, tetapi tidak dapat. Didekatinya orang yang berada di baris terdepan dan ditaruhnya tangannya ke atas kepalanya. Kepada orang itu Rakeyan berkata: “Engkau harus pergi, (karena) tidak dapat engkau masuk ke dalam taman melalui jalan ini.” Mendengar itu mereka semua kembali ke tengah kegelapan yang mencekam itu.

[Back]



BAGIAN KEENAM : JAWABAN ATAS PENGALAMAN

Pemandangan Tunggal : Beberapa Petunjuk

Setelah pengalaman Rakeyan di dunia cahaya selesai, tiba-tiba didapatinya dirinya berenang dalam gelombang-gelombang sinar terang. Masih dalam keadaan terapung-apung itu ia bertanya: “Apakah gunanya semua ini?”



Rakeyan berdiri memandang ke kawasan luas di bawahnya. Merasa bangga, tetapi tidak merasa sombong. Berpikir dan memikirkan sesuatu, apakah itu yang ia pikirkan iapun merasa kurang tahu.



Berputar-putar Rakeyan melangkahi ruangan. Setiap saat memikirkan langkah apakah yang harus diambil. Dibenahinya ketopong di atas kepalanya supaya rapi. Dikenakannya lambang tanggung-jawab di bahu kirinya, lalu disandangnya pedangnya. Setelah itu semua barulah ia menerima sebuah benda dengan kedua-tangannya, ternyata itu adalah Baskara Ratu. Ketika itulah Rakeyan memohon bimbingan. Sebuah kitab yang kuno dan nampak berharga, turun dari atas. Dengan penuh hormat kedua tangannya menerima kitab tersebut. Halamannya ia buka satu persatu untuk dibaca. Kemudian ditaruhnya buku itu di dada, dekat dengan hatinya. Secara mendadak dirasanya sebuah bahaya datang mengancam. Dirapikannya letak ketopong di kepalanya, disentuhnya lambang tanggung jawab di bahu, dan ditariknya pedang keluar dari sarungnya. Para penyerbu yang kejam dan tidak memiliki hati memasuki ruangan. Rakeyan memerangi mereka dengan gigih, mengalahkan dan setelah itu mengusirnya keluar. Setelah berhasil dikembalikannya pedang kepinggangnya.



Dari pintu di sebelah Barat seorang wanita masuk dengan gayanya yang anggun. Kemudian ia duduk di bangku yang tak terlihat, menghadap ke arah Timur, sedangkan Rakeyan berdiri di depannya. Atas semua pertanyaan yang diajukan Rakeyan ia hanya mau menjawab dengan caranya sendiri:



Ya, (semua ini adalah) untuk kamu ~ (tentang kegunaannya) nanti juga kamu akan tahu (tidak boleh diketahui sekarang) ~ karena (memang) belum waktunya ~ (tetapi karena kamu sangat ingin tahu) ~ boleh (sedikit), (yaitu) untuk kamu melaksanakan tugas ~ (tugasnya adalah suatu) tugas untuk menyelesaikan masalah ~ (yaitu) suatu masalah yang berhubungan dengan orang banyak ~ (sekarang ini yang penting adalah) harus (ber)hati-hati ~ (dan) harus menjaga sebuah hati.~ (tentang hal itu) (bu)kan(kah) kamu sendiripun tahu?



Kemudian ia berdiri, dan bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Rakeyan mengantarkannya ke pintu dan iapun pergi. Rakeyan merasa bahwa jawaban yang diberikan wanita itu kurang begitu jelas. Barangkali wanita itu sendiripun tidak mengetahui segala sesuatunya dengan pasti. Menjelang akhir dari pengalaman Rakeyan, ada beberapa hal lagi yang ia lihat, di antaranya beberapa 'kepribadian khayali' yang mencoba mendekat. Tetapi karena dianggap kurang penting, maka tidak terlalu ia perdulikan. Pada saat itulah baru Rakeyan sadar betapa lelah dan letihnya dia. Setelah bersujud kepada Tuhan Khalik Dunia, dengan penuh rasa syukur diusapnya wajahnya dengan kedua tangannya, lalu dengan perlahan-lahan dibukanya matanya. Ternyata pengalaman ini telah berlangsung cukup lama, yaitu dari pukul dua belas tengah malam hingga pukul tiga pagi.

[Back]



BAGIAN KETUJUH : PENUTUP



Demikianlah kejadian dan pengalaman mengesankan yang pernah terjadi atas diri Rakeyan di Bumi Kawastu. Pengalaman inilah yang menjadi puncak segala peristiwa ajaib dan mengherankan yang tanpa sengaja telah dialami Rakeyan.

Mulanya adalah pada malam Jumat, tanggal delapan belas bulan duabelas (1986). Dan puncaknya pada malam jumat, tanggal duapuluh tiga bulan pertama (1987). Selama itu tubuh, roh dan jiwa Rakeyan benar-benar memohon, berdoa dan memuja Yang Maha Agung.



Cermin hati ia bersihkan agar dapat memantulkan sinar, dan wadah alam bawah sadarnya bekerja menampung, serta memilah-milah apa yang telah tertampung untuk dinaikkan kepermukaan alam sadarnya. Sebab semua itu perlu agar dari pengalaman semacam ini dapat dimiliki kendi untuk memuaskan rasa dahaga.

Dimulai dengan usaha menjabarkan pokok-pokok pengabdian berdasarkan ajaran leluhur, akhirnya Rakeyan telah dituntun untuk memasuki bangsal penderitaan, rumah kebohongan dan Negara Suci-Dunia Cahaya.

Demikianlah itu perjalanan Rakeyan memasuki gerbang indah. Di sanalah ia memperoleh pengertian bahwa baik sejarah maupun pengalaman manusia, yang tersarikan sebagai pengetrahuan dan kebijaksanaan, adalah ke-sia-sia-an tanpa Kasih Karunia Allah. Oleh karena itu Allah yang bekerja melalui firmanNya adalah tempat bersandar manusia satu-satunya.

Ditulis berdasarkan penuturan Rakeyan, di lereng sebuah bukit yang berada di sebelah selatan ibukota, sebagai bahan untuk dibaca, direnungkan, dan diterjemahkan.


Malam hari di Bumi Kawastu, tanggal 23-01-1987
[Back]